BebasKuliner

Dari Wakil Ketua DPRD, Angon Wedhus, Kini Buka Warung Makan

Share

Kudus, Dupanews.id- Masih ingat Nor Hartoyo ?. Pria kelahiran Kudus, 18 Agustus 1970 ini, pernah menjadi anggota DPRD Kudus periode 1999- 2004. Kemudian menjadi Wakil Ketua DPRD Kudus  2009 -2014. Pernah pula sebagai calon Bupati Kudus 2019-2023 dari jalur independent/perorangan.

              Tetapi juga pernah buka bengkel sepeda motor, beternak sapi dan domba (termasuk angon sapi dan domba- menyusuri tegal/pematang sawah tanpa risi – gengsi). Kini sejak sejak setahun terakhir membuka usaha baru –rumah makan Rawa Moncer- di komplek rumahnya tepi jalan lingkar timur Kudus-masuk wilayah Desa Gulang Kecamatan Mejobo.Semua saya tekuni dan nyaris serba otodidak (belajar sendiri). Khusus untuk warung makan, dengan menu spesial sop nila, isteri yang nyari di You Tube. Lalu saya yang  mencicipi. Ketemu, dimasak dan laku  dijual. Sekarang sudah mulai mapan. Minimal sehari 40 – 50 kilogram sop dan ikan goreng nila terjual. Bahkan sejak pukul 06.00 kami sudah menerima pesanan,”tutur Nor Hartoyo saat ngobrol dengan Dupanews.id, Minggu sore (4/9/2022).

              Terus terang Hartoyo mengungkapkan masakan isterinya itu boleh dikatakan tidak enak- tapi tidak pernah diungkapkan secara terus terang kepada yang bersangkutan. Takut tersinggung. “Tapi ketika nyoba resep sop nila dari You tube, saya baru berani mengkritisi secara langsung. Jadi kami ini tidak punya “koki”- juru masak. Kokinya ya kami berdua. Iris mengiris-goreng menggoreng- cicip mencicipi sampai makanan siap saji kami kerjakan bersama. Termasuk merangkap kasirnya,” tambahnya penuh suka cita.

              Rumah Makan (RM) Rowo Moncer yang menyatu dengan rumah-pekarangan, sempat menjadi kandang domba, sempat pula menjadi peternakan ikan lele. Kini bekas kolam kolam lele dirombak menjadi kolam ikan nila. Bahkan khusus untuk ruangan utama  rumah makan ini di bangun di atas kolam ikan nila.

              Panjang bangunan sekitar 15 meter dengan lebar  sekitar 10 meter yang mampu sekaligus puluhan pengunjung. Sedang konstruksi bangunan sebagian besar berupa bambu. Begitu pula meja pendek sebagai tempat uba rampe makanan minuman. Pembeli-tamu duduk lesehan di atas tikar. Bisa slonjor- bisa njegang- bisa merokok- bisa nyantai sedemikian rupa sambil sekali kali menengok kolam ikan nila. Dengan kondisi lingkungan yang nyaman-bebas polusi,” ujar suami dari Mila Susanti- mantan Kepala Desa Gulang Kecamatan Mejobo Kudus.

              Selain ruangan utama, juga dibangun beberapa bangunan yang lebih kecil dan masing masing diberi nama. Salah satu bangunan yang belum jadi berada di bagian belakang, tapi menghadap ke arah gerbang dan dulu bekas kolam  lele yang paling luas.

Hampir disemua sudut terlihat banyak aneka jenis pohon dan bunga yang tumbuh subur hingga beradun lebat, sehingga mampu menyerap sengatan sinar matahari. Lokasi ini bisa dijadikan tempat ajang potret memotret- sepanjang hari sepanjang malam Sebagian besar bambu saya peroleh dari teman. Yang kebetulan punya banyak rumpun bambu dan sebagian diantaranya “mangklung” ke pekarangan tetangga. Saya potongi sendiri. Sedang “arsitek”nya saya sendiri. Begitu punya idée. Lalu saya wujutkan. Dadine ya koyo ngene- pool apike- ning kanggoku,” ujarnya sembari tertawa terbahak-bahak.

Hidup sederhana.

              Pasangan Nur Hartoyo yang dikaruniai seorang putri Dina Praptaningtyastuti (22) mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus (UMK) dan  seorang putra Nur Akbar Proletar (20) fakultas Planologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang,  berusaha untuk mengarungi kehidupan penuh kesederhanaan. Menjauhi berbagai bentuk korupsi dan selalu pasrah karo sing nggawe urip.

              Dengan  posisinya yang pernah menjadi anggota/wakil ketua DPRD selama  dua periode (10 tahun) dan isterinya juga pernah jadi Kepala Desa Gulang selama satu periode. Pernah pula menjadi salah  satu tokoh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan sempat  dikukuhkan sebagai Ketua Partai Persatuan Indonesia (Perindo)- memungkinkan memiliki banyak bondo donya-harta benda.

              Tapi rumahnya masih tetap yang dulu. Hanya ada satu rumah baru yang sederhana yang dibangun di depan seberang jalan rumah lamanya. Untuk sementara tidak ditempati-sempat dijadikan untuk jualan aneka jenis bunga-pohon-buah-buahan- tapi tidak laku. Tidak ada mobil. Motor pun tergolong motor tua. Sedang perabotan rumah tangganya juga produk lama. Ketika  anak saya masuk ke Undip dan lulus tes, tapi  membutuhkan biaya puluhan juta rupiah, saya sempat kelabakan. Dari menghubungi langsung rektor hingga bagian bendahara Undip. Bukan untuk meminta keringanan, tapi untuk meminta penundaaan pembayaran-pembayaran secara bertahap. Saya ke Semarang naik motor dan sempat motor saya sekolahke (digadaikan)- terus pinjam sana sini.Saya hanya mampu bawa uang tunai Rp 5 juta saja. Semua itu saya lakukan, karena  anak saya diterima  di perguruan tinggi peringkat pertama di Jateng dan peringkat 6 nasional..” kenang Hartoyo. Kini anaknya itu (Nur Akbar Proletar) berada di semester tiga .

              Apa mau nyalon (bupati/wakil bupati/ anggota dewani atau mau terjun di dunia politik lagi? Hartoyo menjawabnya dengan santai “Semua itu butuh ubarampe. Dan saat ini masih berada di posisi yang belum sepenuhnya siap. Apalagi semua itu  sangat tergantung dari Yang Maha Esa.(Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button