Berhentilah Merusak dan Memeras Ibu Bumi

Pati, Dupanews
Berhentilah merusak dan memeras Ibu Bumi, karena mengakibatkan bencana alam yang semakin lama semakin dahsyat. Banjir bukan hanya diakibatkan karena curah hujan tinggi, melainkan disebabkan terjadinya alih fungsi lahan dan peruntukan lahan yang tidak sesuai.Bencana banjir itu bukan takdir.

Hal itu ditegaskan Gunretno, tokoh utama Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM –PPK), Senin (15/2/2021), menjawab pertanyaan yang diajukan Dupanews. Tentang bencana banjir yang menimpa hampir sebagian besar wilayah Indonesia. Khususnya di Kudus, Pati, Demak dan terkait dengan kerusakan lingkungan di kawasan Gunung Muria dan Pegunungan Kendeng (Kapur Utara). “ Dalam kegiatan susur sungai pada Sabtu (12/12/2020) kami menemukan sampah plastik dan enceng gondok, nyaris di sepanjang sungai. Keduanya tidak hanya menghambat perjalanan arus air, tetapi juga berputensi besar merusak sumber hayati. Tidak/belum ada gerakan yang terpogram untuk mrngatasinya,”
Gunretno yang juga dikenal sebagai tokoh muda Sedulur Sikep (Samin) juga menyodorkan KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLH) untuk kebijakan Pemanfaatan dan Pengelolaan Pegunungan Kendeng. Secara berkelanjutan Kawasan cekungan air tanah (CAT) Watuputih dan sekitarnya Kabupaten Rembang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (April 2017)
Antara lain menyatakan terdapat kerusakan lingkungan yang sangat krusial yang apabila tidak segera ditanggulangi akan membawa risiko bencana ekologis besar yang tidak terelakkan.
Sedang dalam Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pati 2010-2030 yang dimuat dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011, pasal 2. Menyatakan penataan ruang Kabupaten Pati bertujuan untuk mewujudkan KabupatenPati sebagai Bumi Mina Tani berbasis keunggulan pertanian dan industri berkelanjutan. “ Jika hanya dalam bentuk tertulis dan tidak ada tindakan nyata di lapangan – menjabarkan-mentrapkan keputusan- peraturan percuma saja. Kerusakan lingkungan terus bertambah parah,” tegas Gunretno (sup)