JOKOWI Berpayung di tengah sawah Sumbawa Tengah NTT
Beberapa hari lalu di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) Presiden Jokowi disambut hujan lebat. Sementara di lahan sawah menghijau itu, ada ratusan orang petani sedang menunggu kedatangan Jokowi.
Mereka para warga desa yang tadinya hidup sebagai petani musiman di desanya. Setelah bendungan dibangun, kini mereka bisa menanam padi tanpa takut kekeringan.
Sejak pagi warga desa sudah berduyun-duyun menunggu kedatangan Jokowi. Mereka berdiri di pematang sawah, berkelompok di ujung sawah menjauh dari tempat lokasi panggung Jokowi bersama pejabat Pemda NTT.
Rombongan Presiden Jokowi tiba di pematang sawah. Langit menghitam. Awan menebal. Kilat dan petir bersahut2an. Hujan turun dengan lebatnya. Hujan lebat itu tidak membuat warga desa itu berlarian mencari tempat berteduh. Mereka tetap berdiri menunggu Jokowi.
Jokowi turun dari mobil. Ia memegang payung hitam. Dengan tenang Jokowi membelah pematang sawah. Ia berjalan sendirian ke arah petani yang berjarak sepelemparan batu.
Paspampres tidak menyangka panglima tertingginya berjalan ke tengah sawah. Paspampres tampak pontang panting berlari mengejar Jokowi. Jokowi tetap melangkah tenang di tengah hujan deras membasahi bumi. Sendirian saja. Tanpa pengawalan.
Baju lengan panjang putih yang dikenakannya tampak basah terpercik air hujan. Di ujung sana, para warga desa bertepuk tangan, bersorak memanggil nama Jokowi. Mereka senang sekali.
Tidak lazim seorang presiden memegang payungnya sendiri. Biasanya ada ajudan yang memayunginya. Tapi Presiden Jokowi memang berbeda. Ia bersikap biasa saja di depan rakyatnya.
Iaa tidak membuat jarak. Jokowi tidak menunjukkan kasta dan level seorang penguasa di sana. Ia seperti pelayan sejati. Mendatangi rakyatnya seorang diri. Dengan sebuah payung di tangannya.
Mungkin sepanjang sejarah Indonesia, baru kali pertama ini seorang presiden berjalan sendirian menemui rakyatnya dengan payung di tengah hujan lebat.
Bukan Payung Biasa
Payung itu sesungguhnya bukan sekadar payung biasa. Bukan sekadar payung untuk melindungi tubuh Jokowi dari air hujan. Bukan sekadar mencitrakan presiden sebagai sosok pelayan rakyat. Namun, ada pesan kebangsaan yang hendak disampaikan Presiden Jokowi.
Payung yang dipegang Presiden Jokowi itu menegaskan bahwa orang NTT dipayungi cinta mendalam dari seorang Jokowi. Cinta yang tulus. NTT seperti anak kandung yang didatangi ayahnya. Seperti seorang ayah mengejar anaknya yang kehujanan.
NTT tidak lagi kekeringan dan terlupakan. Dan, itulah jaminan Presiden Jokowi. Jokowi membangun embung, waduk hingga sumur bor agar air bisa mengalir ke persawahan petani. Petani NTT hidup sejahtera. Tidak miskin lagi. \
Momen Jokowi berjalan sendirian di pematang sawah adalah pesan humble dan hormat Presiden Jokowi. Jokowi tidak banyak bicara untuk merangkul anak bangsa di Indonesia Timur itu. Jokowi tak banyak memberikan nasihat bagaimana cara untuk setia pada Pancasila dan Merah Putih. Jokowi veni, vidi, vici. Jokowi datang untuk melihat dan memenangi hati rakyat NTTnMemenangi bukan dengan pintarnya mengolah kata2. Jokowi memenangi dengan memanusiakan orang Sumba Tengah. Nguwongke. (bahasa jawa).
Jokowi merangkul mereka agar berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Membangun apa yang mereka perlukan. Apa yang mereka butuhkan. Kesetiaan negara untuk memajukan bumi NTT akan membuat orang NTT serasa anak kandung republik.
Selamat, Pak Presiden Jokowi. Kami bangga dan hormat padamu. Kesetiaanmu untuk rendah hati dan menjadi bapak bagi semua anak bangsa benar-benar menyentuh batin terdalam kami.
Salam bangga sebagai orang Indonesia.(Birgaldo Sinaga/Sup)