Kuliner

NASI LANGGI

Share

Pada tahun 1745, terjadi peristiwa bersejarah yang disebut ‘Boyong Kedaton’. Keraton Mataram di Kartasura yang hancur karena geger Pacina (1741-1742) ditinggalkan. Pembangunan Keraton baru di desa Sala, tepi Bengawan Semanggi telah selesai sehingga diadakanlah kirab perpindahan keraton dari Kartasura ke Surakarta.

Di dalam kirab yang sangat megah melibatkan puluhan ribu orang tersebut turut diarak pusaka-pusaka Kraton dan juga alat-alat dapur istana yang selama ini rahasia. Makanan yang disediakan pun begitu berlimpah untuk dinikmati begitu sampai di Keraton baru. Ketika sudah selesai dinikmati Raja dan para petinggi Kerajaan, sisanya lalu di-langgi. Diambil untuk dibagi-bagikan kepada para punggawa, prajurit, dan rakyat banyak.

Sejak itulah me-langgi makanan sisa Raja ditradisikan.

Nasi Langgi demikian lalu disebut, adalah nasi gurih yang dimasak dengan aneka rempah, dengan bahan-bahan terbaik. Lalu dilengkapi dengan aneka lauk yang sangat banyak; aneka olahan daging, aneka sambel goreng, hingga serundeng. Pada suatu masa di Surakarta ada kebiasaan menjual Nasi Langgi dari Keraton kepada orang-orang kaya pada larut malam setelah semua jamuan istana ditutup. Lalu “langgi” pun dipelesetkan sebagai “Jelang Pagi”. Bahkan sempat muncul menu Nasi Langgi di HIK atau Angkringan yang identik dengan kuliner rakyat.

Hingga kini ada istilah abdi dalem ‘Sekul-langgen’ untuk para juru masaknya di Keraton Yogyakarta maupun Surakarta mendampingi ‘Gebulen’, istilah untuk pemasak Nasi Kebuli…( Say)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button