Sosial

Sri Supeni Jualan Pecel Selama 24 tahun

Share

Kudus , Dupanews.id – Sri Supeni- biasa disapa Bu Peni. Warga Desa Mlati Norowito Kecamatan Kota Kudus. Penjual pecel selama 24 tahun tanpa putus. “Sebelum menetap berjualan di komplek Bank BRI Cabang Kudus Jalan Jendral Sudirman, saya jualan keliling.Dulu satu pincuk pecel saya jual Rp 1.000. Sekarang Rp 7.000,- “ ujarnya saat ngobrol dengan Dupanews, Selasa (11/1/2022).

Sebelum Dupanews, ada seorang anggota keamanan dan seorang nasabah bank yang njajan  di situ. Lalu ada beberapa membeli  yang tidak di makan di tempat- dibungkus dibawa pulang.

Perempuan berumur 53 tahun ini berjualan di pojok depan Mushola Bank BRI Cabang Kudus Jalan Jendral Sudirman. Dengan  sebuah tenggok yang berfungsi sebagai alas. Dan sebuah tampah yang berfungsi sebagai “meja” untuk menempatkan ubarampe pecel. Lalu ada sebuah kaleng, sebuah keranjang kecil, plastik untuk tempat minum air putih gelas plastik, plastik untuk tempat kerupuk dan satu kursi mini.

Bagi pembeli bisa numpang duduk di sebuah kursi besi untuk tiga orang. Atau cukup “ lesehan” di lantai mushola. Meski demikian pembeli lumayan banyak. Selain karyawan  termasuk satuan pengaman (Satpam) bank setempat setempat, juga para nasabah, para tamu, “Bahkan ada  sejumlah pelanggan yang berasal dari kalangan pengusaha. Bisa dimakan di tempat atau  dibungkus dibawa pulang,” tambahnya.

Seperti menu pecel pada umumnya. Pecel Ibu dari tiga anak ini, terdiri dari aneka sayuran. Seperti  bayam, thokolan, kubis dan kembang turi, dengan bumbu kacang. Lalu bisa memilih antara nasi atau lonthong.  ( nasi pecel atau lonthong pecel).Bisa ditambahkan dengan potongan bakwan dan kerupuk. Dihidangkan tidak dalam piring, tapi pada pincuk ( semacam piring dari daun pisang, yang bisa menimbulkan “sensasi” sendiri). Lalu disediakan lombok/cabe  segar, bagi  yang senang pedhas-pedhas. “Satu pincuk nasi pecel atau lonthong pecel saya jual Rp 7.000. Sedang semua bahan saya beli dari Pasar Kliwon dalam kondisi segar. Saya sangat menjaga kualitas dan kebersihan, meski hanya nasi/lonthong pecel” tutur Bu Peni.

Dari hasil jerih payahnya ini,ibu setengah baya yang telah ditinggal suaminya  memperoleh penghasilan kotor sekitar Rp 300.000 – Rp 400.000 per  hari. “Selain utuk membeli bahan baku dan ubarampenya, saya juga mengeluarkan ongkos pulang pergi naik becak. Sempat berhenti total karena Covid-19. Baru jualan lagi sekitar beberapa bulan lalu,” ujar Bu Peni, yang mengenakan baju terusan lengan panjang warna kebiruan. Berkerudung dan memakai masker . (Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button