Nawangsih – Rinangku, Semakin Kurang Dipedulikan
Kudus,Dupanews.id – Cerita rakyat Raden Ayu Nawangsih – Raden Bagus Rinangku saat ini semakin kurang dipedulikan. Anak-anak Desa Kandangmas tertarik dengan permainan yang ada di gadget serta film animasi yang berisi cerita-cerita negara lain. Sedang orangtua dan tokoh masyarakat enggan bercerita kepada anak-anak. Sebab, mereka beranggapan saat ini kebutuhan hidup semakin banyak dan berat, sehingga tidak ada waktu untuk bercerita tentang Nawangwulan- Bagus Rinangku.
Itulah hasil penelitian Anisatun Hidayatullah , Su’ad dan Mohammad Kanzunnudin dari Universitas Muria Kudus (UMK), yang telah dipublikasikan Oktober 2020.
Sedang menurut penulis buku Sunan Muria Antara Fakta dan Legenda, Umar Hasyim (penerbit Tawang Alun 3Juni 1980), Raden Ayu Nawangsih tidak tercatat dalam buku sejarah yang bersangkutan putra Sunan Muria( halaman 40).
Sejarah adalah peristiwa masa lalu yang sudah ditelusuri keberadaannya serta didasarkan pada fakta-fakta serta disusun dengan metode penelitian. Sedang menurut Kanzunnudin cerita rakyat Nawangsih merupakan cerita rakyat berbentuk cerita prosa rakyat.
Terlepas dari itu semua, makam /petilasan Nawangsih- Bagus Rinangku yang berada di Dukuh Masin Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, tetap dikunjungi warga- peziarah. Bagi sebagian warga malam Jumat Wage berziarah di pusara pasangan kekasih ini dianggap hari kiamat dan diyakini datangnya berkah. “Pada umumnya warga yang berziarah dan berdoa di makam ini dengan tujuan agar menjadi sugih/kaya, Jika orang menjadi sugih, maka ibaratnya ke mana mana saja bisa. Tetapi saat sudah menjadi orang sugih, jangan lupa harus beramal kepada orang lain ( orang yang tidak mampu)” tutur juru pelihara (jupel) makam Masin, Anas Lirianto (37) di dalam ruang makam Nawangsih- Bagus Rinangku, Kamis tengah hari (3/12/2020)
Fungsi
Berdasarkan hasil analisis tiga pengajar di UMK tersebut , cerita rakyat Nawangsih- Bagus Rinangku memiliki lima fungsi (motif cerita). Pertama sebagai pendidikan, Kedua sebagai pengesahan norma masyarakat. Ketiga : sebagai pembentukan karakter,Ke empat : sebagai nilai budaya masyarakat, dan ke lima : sebagai alat komunikasi masyarakat.
Sebagai pendidikan ditunjukkan Rinangku sebagai murid Sunan Muria yang melaksanakan perintah gurunya. Sebagai pengesahan norma masyarakat, dilukiskan Nawangsih sebagai putri Sunan Muria yang harus menaati aturan agama dan orang tuanya, agar tidak terjadi hal buruk yang menimpanya.
Sebagai pembentukan karakter, digambarkan bahwa Sunan Muria di setiap selesai solat subuh mengaji bersama santrinya(karakter religius) dan karakter mandiri ditunjukkan Rinangku yang mandiri dalam menjaga padi di Sawah Dukuh Masin.
Sebagai nilai budaya masyarakat, digambarkan bahwa Rinangku sebagai murid baru Sunan Muria dikenalkan dengan nilai-nilai budaya masyarakat sekitar.
Lalu sebagai alat komunikasi masyarakat, ditunjukkan bahwa komunikasi Rinangku dengan Ki Surmojoyo baik dan sopan.
Sedang berdasarkan hasil analisis, cerita rakyat Nawangsih- Rinangku mengandung lima nilai karakter. Yaitu , religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas.
Karakter religius, memiliki subnilai mencakup (1) beriman dan bertaqwa, inya; (2) subnilai taat beribadah(3) subnilai persahabatan(4) subnilai ketulusan (5) subnilai tidak mengeksploitasi alam, (6) subnilai gotong royong antarumat beragama,gotong royong; dan (7) subnilai percaya diri
Karakter nasionalisme, memiliki subnilai (1) subnilai penghargaan budaya lokal, (2) subnilai menjaga kekayaan budaya bangsa (3) subnilai menjaga lingkungan (4) subnilai rela berkorban.
Karakter mandiri dengan subnilai: kerja keras, tangguh, daya juang, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat; .
Karakter gotong royong dengan subnilai: kerja sama dan sikap kerelawanan; Serta karakter integritas dengan subnilai: kejujuran, tanggungjawab, dan keteladanan. Peneliti menyimpulkan bahwa nilai karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Nawangsih yaitu karakter religius, nasionalisme, mandiri, karakter gotong royong, dan karakter integritas.
Nilai karakter yang terkandung dalam ceirta rakyat Nawangsih ini bisa diterapkan ke pendidikan anak sekolah dasar. Satu cerita rakyat membentuk pribadi dan karakter yang baik untuk anak sekolah dasar.
Karakter tokoh dalam cerita rakyat juga bisa dipakai guru sekolah dasar dan orang tua dalam menanamkan karakter anak. Nilai dan aturan yang tersirat dalam cerita rakyat tidak selamanya mudah ditangkap dan dicerna oleh anak. Guru dan orangtua sebaiknya mendampingi dan membimbing anak dalam menikmati cerita rakyat, supaya anak bisa menemukan makna dan karakter tokoh dari cerita rakyat yang telah disimak atau dibacanya.(Sup)