Kudus, Dupanews – Nongkrong di kuliner jaman dulu (jadul) Kudus Empat Negri (KEN) yang digelar di Kudus memunculkan banyak pertanyaan. Apalagi lokasinya di bekas alun alun “kota lama”- kudus kulon- pusat pemerintahan masa Sunan Kudus- masa kolonial.
Lokasi ini sempat dijadikan pangkalan ojek dan terakhir dialih fungsikan menjadi Taman Menara. Di bawah “kekuasaan “ Dinas Perdagangan. Namun tidak sepenuhnya berfungsi sebagai taman dan lebih banyak dimanfaatkan kembali sebagai pangkalan ojek. Serta memunculkan pro –kontra. Konon Pemkab Kudus tengah dalam proses pengembalian “keaslian”nya.
Sebuah “gapura” terpasang berdekatan dengan sebuah pohon beringin berdiameter lebih dari satu meter . Dengan ketinggian lebih dari sepuluh meter. Bercabang sangat banyak serta berdaun rimbun. Di “gapura “ itu tertulis Kuliner Jadul Empat Negri.
Kuliner “jadul” yang digelar di bawah puluhan tenda dan didominasi warna putih, menghadirkan puluhan jenis makanan, minuman, cemilan. Serta ditambah makanan-minuman “masa kini”. Rabu siang (3/8/2022) tidak banyak terlihat pedagang yang menjajakan kuliner jadul. Dan menurut sejumlah pedagang kuliner jadul lebih banyak dijajakan pada menjelang petang hingga malam hari.
Satu diantara yang menjajakan kuliner jadul berupa puli kotokan, lontong suro dan ketela pohon yang dimasak dalam kuali-tempat proses pembuatan gula tumbu. Produsen gula tumbu terbesar di Jawa Tengah berada di Kabupaten Kudus. Dan sentranya berada di wilayah Kecamatan Dawe, Bae dan Gebog
Sedang Empat Negri- tepatnya Kudus Kota Empat Negri sebuah slogan baru yang tengah dipopulerkan pemerintah kabupaten (Pemkab) Kudus. “ branding ”empat negeri” sebagai upaya untuk mengedepankan nilai akulturasi. Mengakomodasi keberadaan antaragama dan antaretnis: Arab, Jawa, Tionghoa, dan Kolonial,” ujar Abdul Jalil- salah satu diantara tiga orang ahli yang ditunjuk Pemkab Kudus dalam menangani Kudus Kota Empat Negri.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia tidak ditemukan kata negri, atau penulisan yang benar adalah negeri. Artinya kampung halaman, negara, pemerintah atau tempat tinggal suatu bangsa atau suku.
Buka Luwur.
Sedang perhelatan kuliner jadul empat negeri yang berlangsung sejak 30 Juli hingga 7 Agustus 2022, merupakan salah satu rangkaian dalam rangka menyongsong puncak ritual buka luwur Sunan Kudus yang berlangsung setiap tanggal 10 Muharram. Tahun ini (2022) 10 Muharram jatuh pada hari Senin 8 Agustus.
Buka Luwur adalah ritus kolosal untuk mengenang dan meneladani ajaran Sunan Kudus alias Sjeikh Ja’far Shadiq- sang pendiri Kota Kudus. Sedang artinya : membuka dan mengganti luwur atau kain penutup makam Sunan Kudus yang baru. Saat ini luwur makam Sunan Kudus sudah dicopot dan tengah dalam proses pembuatan luwur baru. Makam ini pada sepanjang Rabu ( 3/8/2022) disesaki banyak peziarah. Sedang ritual buka luwur sering disalah artikan atau disamakan dengan haul (memperingati hari wafatnya seseorang yang sudah dikenal sebagai pemuka agama, wali, ulama atau pejuang Islam lainnya).” Buka Luwur lebih pada tradisi penghormatan. Bukan memperingati hari kematian, sebab sampai sekarang belum pernah ditemukan catatan sejarah mengenai wafatnya Sunan Kudus,” tegas Ketua Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus (YM3SK), Nadjib Hassan.(Sup)