Bebas

DR Murtono: Indekos di Masjid, Pantang Kreditan

Share

Kudus, Dupanews.id – Mengingat kemampuan orang tuanya yang pas-pasan, namun karena semangat dan tekatnya sangat kuat untuk bisa kuliah, maka Murtono memilih indekos di masjid. Akhirnya mampu menyelesaikan kuliahnya. Bahkan mampu menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan kini berhak menyandang gelar doktor. Saya sembilan bersaudara, tinggal di salah satu desa di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati,” tuturnya saat ngobrol ngalor-ngidul dengan Dupanews,  di komplek Kampung Kuto (Kutho) di belakang Kantor Kelurahan Purwosari Kecamatan Kota Kudus, Minggu siang lalu.

Sebelum melangkah kuliah, pria kelahiran 7 Desember 1966  ini sebenarnya hanya bercita cita jadi guru, sehigga  ia memasuki bangku Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Tapi dengan berbagai pertimbangan cita- citanya bergeser menjadi dosen. “Dan bisa terwujut. Saya sempat diantar langsung Pak Camat Tlogowungu dan dilepas banyak warga desa saat saya akan mengawali menjadi dosen di Universitas Muria Kudus (UMK). “ tambahnya.

Namun  pada saat saat tertentu untuk pulang kampung, Murtono tidak “berani” pada saat pagi- sore hari. “Tapi harus malam hari. Malu belum punya motor apalagi mobil. Ini dilatar belakangi dengan sikap – budaya masyarakat pedesaan yang memandang sosok dosen itu serba hebat. Termasuk dalam hal harta. Padahal gaji dosen itu relative kecil. Saya berhasil  memperjuangkan gaji  dosen di UMK sedikit lebih tinggi dibanding gaji PNS. Dulu lebih kecil,” tuturnya lagi.

Oleh karena itu ia berjanji dalam hatinya, jika belum punya mobil- tidak akan kembali pulang- menengok orang tua dan keluarganya di Tlogowungu. Maka Murtono berwiraswasta di bidang ayam kampung. Membangun sebuah kandang sederhana berukuran 6 x 7 meter. “ Itupun berkat uluran tangan teman saya dari Wonosobo yang memberikan modal berupa 500 ekor ayam kampung. Saya pasarkan sendiri ke penjual jamu di seputar kota Kudus. Semakin berkembang hingga punya sekitar 2.000 ekor ayam dan memiliki 20 mitra penjual jamu langganan. Saya tekuni di sela sela saat tidak memberi kuliah” tambah Murtono.

Di sela sela usahanya tersebut, ia sempat mengajukan kredit motor-dengan jaminan sebagai dosen- tapi ditolak. Nah mulai saat itu dia juga berjanji tidak akan membeli aneka barang dengan model kreditan dan itu berlaku sampai sekarang. Tentu saja berbagai ilmu yang dimiliki dibangku kuliah “dikeluarkan”, dipraktekkan dan penambahan ilmu “lapangan”, untuk memiliki usaha sendiri yang mapan dan  terus berkembang.”Ketika saya pertama kali membeli mobil Toyota Inova, rekan kerja heboh. Saya membeli dengan kemampuan diri sendiri- tidak kredit apalagi dari uang korupsi.Saya menyesuaikan diri agar saat berkendara nyaman. Eh nggak tahunya setelah itu banyak rekan saya ikut nebeng di mobil saya,” ujarnya sembari tertawa.

Dengan memiliki ratusan hektar lahan yang ditanami tebu dan berbagai bentuk usaha lainnya,  ayah dari empat anak dan satu isteri setianya ini, tetap berada di lingkungan pendidikan. Khususnya di UMK. Meski Murtono mengaku lebih pas jika  disebut sebagai  konsultan dari pada pendidik. Sebagai konsultan ia tidak pelit dalam membagikan ilmunya kepada banyak pihak. (Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button