Komsumsi Kopi Nasional Meningkat, Tapi Produksinya Stagnan
Jakarta, Dupanews.id – Tingkat konsumsi kopi selama lima tahun terakhir memang meningkat seiring gaya hidup milenial dan gen Z yang memasukkan kopi sebagai minuman wajib nan gaul bagi mereka. Namun produksi kopi Indonesia cenderung stagnan dan masih didominasi daerah Indonesian bagian barat.
Menurut Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia (Dekopi), Anton Apriyono, peningkatan komsumsi sudah berlangsung sejak sekitar tahun 2000 an, rata rata per tahunnya 1,7 persen. Namun pada lima tahun terakhir melonjak menjadi 8 persen per tahun. Atau sekitar 300.000 ton/tahun.
Anton mengaku khawatir dengan semakin tingginya angka konsumsi kopi ini, sebab di sisi lain produksi relatif stagnan. “Produksi kopi selama ini didominasi Indonesia bagian barat, khususnya di Sumatera yang mencapai 60 persen dari produksi kopi. Karena itu, kita harus bisa melihat potensi kopi dari daerah lainnya khususnya di daerah Timur Indonesia untuk bisa ditingkatkan. Apakah di Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,” tuturnya dalam Focus Group Discussion (FGD)( Diskusi kelompok terarah/terfokus) yang bertema “Arah dan Kebijakan Pengembangan Kopi di Kawasan Timur Indonesia” secara virtual di Jakarta pada Rabu (8/12/2021).
Sedang menurut Ketua Dewan Pengawas Dekopi, Rusman Heryawan, hingga sekarang luas kebun kopi di Indonesia mencapai 1,25 juta hektar . Sekitar 96 persen berupa kebun rakyat dan sisanya dimiliki perusahaan PTPN.
Ironisnya, rata-rata produksinya masih rendah – hanya 750 kilogramnya per hektar. Idealnya mampu mencapai 1,3 ton per hektar. Sehingga, masih ada ruang 40 persen produktivitas yang bisa dibina dan ditingkatkan. “Daripada harus memperluas kebun kopi, lebih baik meningkatkan produktivitas serta membina pekebun kopi,” ucapnya.
Rusman juga mengungkapkan, produktivitas kopi bervariasi. Di Sumatera produktivitasnya 900 kilogram/hektar, Jawa 750 kilogram /hektar. Sedangkan NTB/NTT hanya 550 kilogram/hektar, Kalimantan 530 kilogram /ha , Sulawesi 600 kilogram/hekta dan di Papua maupun Maluku mencapai 650 kilogram/hektar.
Tingkat produktivitas yang masih jomplang antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur ini, harus disikapi dengan peningkatan sumber daya manusianya.. Misalnya dengan kemitraan yang selama ini berjalan di kawasan barat Indonesia. “Langkah ini sangat tepat karena kawasan timur Indonesia masih membutuhkan perhatian semua pihak untuk bisa dikembangkan,” jelasnya. (Sintani/Sup)