Bu Sumiati Perempuan Sepuh Masih Berkarya
Kudus, Dupanews.id – Namanya singkat- sederhana, Sumiati, Biasa dipanggil Bu Sumi atau Sumik. Pemilik warung makan di depan Kantor Kecamatan Kota Kudus Kelurahan Purwosari. Dia masih tetap bekerja sejak puku 02.00, meski warungnya sudah mapan sebagai “mesin uang”, “Saya nelihat kaum perempuan saat ini lebih trengginas dalam banyak hal. Atau dengan kata lain juah lebih maju dibanding beberapa tahun lalu. Baik dalam menjalankan kodratnya sebagai seorang ibu, ibu rumah tangga hinggga ibu profesional, Jelas ini sangat menggembirakan” tuturnya ketika ditanyakan tentang peringatan Hari Ibu 22 Desember.
Terus terang Bu Sumi yang kini berusia lebih dari 60 tahun ini, tidak begitu paham makna Hari Ibu, Namun sejak menikah denganJamian puluhan tahun lalu, ia sudah terbiasa bekerja keras. “Dulu warung saya tergolong warung emplek emplek pinggir jalan raya. Tidak layak huni, tapi saya dan suami selalu memberikan layanan terbaik untuk kosumen. Terutama “rasa”, agar pembeli menjadi pelanggan tetap kami “tuturnya .
Sumi kali pertama membuka warung pada tahun 2005 dengan modal sekitar Rp 80.000. Kemudian ketika dilakukan penataan pedagang kaki lima (PKL) yang berada di selatan Taman Ganesa, ia pun ikut menyewa kios yang dibuat permanen. Itu terjadi sekitar tahun 2014.
Penataan PKL ini berimbas positif bagi dirinya. Omzet penjualan terus meningkat. Kemudian diringi dengan penambahan menu yang disajikan mencapai sekitar 15 macam.. Warung yang disewa juga bertambah.
Dengan omzet jutaaan rupiah per hari tersebut, maka Sumi bisa menyisihkan sebagian diataranya untuk ditabung. Dan akhirnya bisa dijadikan untuk ongkos naik haji bersama suami.
Bahkan mampu membayar angsuran motor,, arisan bulanan, tanah kaplingan , beberapa orang pembanatu. Sumi yang telah ditinggal suami tercinta beberapa waktu lalu dan tinggal di Desa Janggalan RT 02/RW I, juga mampu menyekolahkan anak keduanya , Bagus hingga lulus di salah satu perguruan tinggi dan sekarang sudah bekerja “Anak saya yang pertama perempuan Dewi keburu menikah dan dikarunai dua anak, Cucu saya sekarang empat ” ujarnya lagi.
Sedang kunci sukses warungnya yang semula kecil dengan menu nasi pecel, rujak dan bubur, adalah tidak henti-hentinya untuk selalu mendekatkan diri pada Allah. Pada saat susah maupun senang selalu disyukuri.
Dalam kehidupan sehari-hari pun diusahakan tetap hidup sederhana, tetap rendah hati, tetap menjalin komunikasi yang harmonis dengan sesama PKL, tetangga dan siapapun. “Namun kami juga didukung dengan munculnya pembeli dan pelanggan baru yang berasal dari anak-anak sekolah, mahasiswa, pegawai negeri dan masyarakat umum yang tinggal di seputar warung kami.” tutur Sumiati
Warung Bu Sumik memang berada di komplek PKL, dua sekolah kejuruan, satu akademi, kantor pemerintah dan ditengah perkampungan yang padat penduduk serta padat lalulintas. Sedang menu yang disajikan antara lain dari nasi pecel, bening, lodeh, rames, pepes pindang, bandeng, penyet lele, nila, ayam, hingga anke gorengan dan minuman. Harganya ? Silahkan cek sendiri ke warung yang buka setiap hari- kecuali hari Jumat. (Sup)