Hidup Kita Tergantung Pada Sistem Pertanian Pangan
Jakarta, Dupanews.id – Hidup kita bergantung pada sistem pertanian pangan. Setiap kali kita makan, kita berpartisipasi dalam sistem. Makanan yang kita pilih dan cara kita memproduksi, menyiapkan, memasak, dan menyimpannya menjadikan kita bagian yang tak terlepas dari sistem pertanian pangan”, ujar Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dalam keterangan tertulis menyangkut Hari Pangan Sedunia, Selasa ( 19/10/2021)
Oleh karena itu Organisasi Pangan Dunia (FAO) menekankan perlu adanya sistem pertanian pangan berkelanjutan. Yaitu sistem dimana berbagai makanan yang bergizi, seimbang, dan aman tersedia dengan harga yang terjangkau untuk semua orang. Pada situasi itu tidak ada yang kelaparan atau menderita kekurangan gizi atau obesitas dalam bentuk apa pun. Sistem produksi pangan yang tidak berkelanjutan menghancurkan habitat alami dan berkontribusi pada kepunahan spesies
Rajendra menambahkan : FAO telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan berkontribusi untuk memastikan pembangunan pertanian pangan berkelanjutan di Indonesia. Sejak 2019, FAO bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk menganalisis sistem pertanian pangan nasional dan memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas sistem pertanian pangan nasional yang berkelanjutan.
Dukungan terhadap berdirinya Badan Pangan Nasional yang mengoordinasikan masalah terkait sistem pertanian pangan serta peningkatan kapasitas terkait perencanaan sistem pertanian pangan merupakan bagian dari dukungan FAO kepada BAPPENAS.
Pada sektor peternakan dan kesehatan hewan, FAO telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak tahun 2006 dengan dukungan USAID dan mitra internasional lainnya untuk mencegah, mendeteksi dan mengendalikan berbagai ancaman kesehatan global seperti flu burung, rabies dan resistansi antimikroba dapat menular dari hewan kepada manusia melalui sistem pertanian pangan.
Pertanian keluarga, desa organik, pertanian konservasi dan pertanian digital juga merupakan kerjasama FAO dengan Kementerian Pertanian yang menjadi sorotan beberapa tahun belakangan ini.“Kita membutuhkan tindakan kolektif untuk mengubah sistem pertanian pangan kita. Setiap orang harus memahami perlakuan mereka terhadap makanan mempengaruhi sistem pangan.” ujarnya
Sedang transformasi global hanya bisa terjadi jika dimulai dari individu. Cara Anda memilih, memproduksi, mengonsumsi, dan membuang makanan Anda memengaruhi orang lain. Kita perlu bertindak, dan sekarang, Mari kita bersama-sama berusaha dalam kapasitas apa pun yang kita bisa.” tambah Rajendra.
Untuk kedua kalinya Hari Pangan Sedunia diperingati saat pandemi COVID-19. Pandemi telah memicu resesi ekonomi yang hebat, menghambat akses pangan, dan mempengaruhi seluruh sistem pertanian – pangan. Namun bahkan sebelum pandemi, kelaparan terus berlangsung; Gizi buruk dan jumlah orang kelaparan meningkat di seluruh dunia.
Situasi ini mendorong Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada Hari Pangan Sedunia tahun ini mengangkat tema Our Actions are Our Future: Better Production, Better Nutrition, Better Environment and Better Life atau Tindakan kita, masa depan kita, untuk produksi, gizi, lingkungan dan kehidupan yang lebih baik (four betters). Tema ini menyoroti pentingnya sistem pertanian-pangan berkelanjutan untuk membangun dunia yang lebih tangguh dalam menghadapi masa depan.
Dunia mengalami kemunduran besar dalam perang melawan kelaparan. Saat ini, lebih dari tiga miliar orang (hampir 40% populasi dunia) tidak mempunyai akses terhadap makanan sehat. Sebanyak 811 juta orang kekurangan gizi di dunia dan sebaliknya, 2 miliar orang dewasa kelebihan berat badan atau obesitas karena pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Di Indonesia, jumlah orang dewasa yang obesitas meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Seiring dengan itu, obesitas pada anak juga meningkat. Di sisi lain,27,67% anak di Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, atau terlalu pendek untuk usia mereka. Angka stunting ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka rata-rata di kawasan Asia.(Sintani/Sup)