Patung Pendiri Kompas di Rumah Adat Kudus
Jakarta, Dupanews.id – Sungguh keren dan luar biasa, ketika dua patung perintis /pendiri Kelompok Kompas Gramedia (KKG), Jakob Oetama (JO)dan PK Ojong di Bentara Budaya Jakarta Palmerah Jakarta Senin (27/9/2021).
Bentara Budaya menempati bangunan tradisional Rumah Adat Kudus yang indah sekaligus unik. Mencerminkan keterampilan seniman tradisi yang tangguh berkarya. Dengan arsitektur khas Kudus, sebagai hasil akulturasi dari berbagai pengaruh seperti China, Hindu dan Jawa.
Dengan koleksi seni lengkap meliputi lukisan, keramik, patung, mebel antik dan beragam wayang. Bentara Budaya Jakarta mengemban misi untuk mewartakan penggalan sejarah yang telah memberi warna dalam perjalanan sejarah seni budaya bangsa.
“Kebetulan mereka berdua sangat menghargai budaya, ini kan rumah Kudus, ini menarik”Kan di Bentara Budaya ini banyak warisan dari mereka juga. Seperti patung dan memang Bentara Budaya dibikin sebagai tempat untuk seniman. Mereka yang enggak punya biaya di sini, gratis, biasanya dibayar dengan hasil karya mereka,” ujar Lilik Oetama. Salah satu putra almarhum JO
Rumah Kudus yang dimaksud Lilik adalah rumah adat kudus (RAK) yang dibeli dan diboyong dari Kota Kretek di era tahun 1980 an. RAK tersebut merupakan empat terbaik di Kabupaten Kudus. Milik H Furqon Noor yang tinggal hanya beberapa meter dari Menara Kudus.
Untuk membeli dan mengangkutnya, dilengkapi surat resmi dari tingkat desa hingga Gubernur Jawa Tengah. Setelah sampai di Jakarta, ditempatkan di depan Kantor Harian Kompas di Jalan Palmerah
Baca juga : Pemkab Kudus Bentuk Satgas Covid-19 Tangani PTM
Setiap tahun sekali RAK tersebut selalu “dibersihkan” dan harus mendatangkan tenaga khusus dari Kudus. Bahkan sempat ada kejadian “aneh tapi nyata”, ketika proses pembangunan gedung baru Kompas, sempat bangunan miring. Padahal pihak teknisi menjamin tidak ada prosedur yang salah. Akhirnya setelah sejumlah tenaga kerja didatangkan ke Jakarta dan melakukan “prosedur budaya” yang biasa dilakukan di RAK. Bangunan miring tegak kembali- kokoh dan sampai sekarang tidak pernah terjadi sesuatu/kerusakan.
Menurut Lilik dua patung itu sendiri dibuat sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan yang dilakukan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong untuk membangun Kompas Gramedia. Jugai bisa mengobati rasa penasaran karyawan baru yang belum sempat mengenal sosok beliau.
“Sebetulnya kami sebagai generasi kedua ingin mengapresiasi Pak Jakob dan Pak Ojong yang gunanya terutama yang muda-muda yang belum kenal beliau bisa melihat warisan karena di sini kita ada karena beliau,” tambahnya.(Sup)