Kudus,Dupanews.id – Cerita prosa rakyat Mbah Rogo Moyo mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai pendidikan. Nilai-nilai kearifan mencakupi (1) nilai pengabdian, (2) nilai tradisi, (3) nilai kebudayaan, (4) nilai sosial, dan (5) nilai kepemimpinan. Adapun nilai-nilai pendidikan yang dikandung cerita prosa rakyat Mbah Rogo Moyo mencakupi nilai-nilai keteladanan, nilai-nilai budi pekerti, dan nilai-nilai religius
Itulah salah satu diantara dua kesimpulan Mohammad Kanzunnudin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus dalam artikelnya yang berjudul : STRUKTUR DAN NILAI CERITA RAKYAT MBAH ROGO MOYO .
Sedang menurut buku yang ditulis Zunahah, kelahiran , Kudus, 1 Februari 1968 , sarjana agama (IAIN Walisongo 1996), mantan guru Mts Miftahul Ma’arif (1995 – 2004) dan sekretaris Desa Kaliwungu :Rogomoyo seorang ulama dan arsitek rumah joglo pencu tunpang songo serta serta gebyok ukir rogo moyo.
Dalam perjalan dakwahnya dibantu shahabat-sahabatnya yaitu Mbah Rogo Perti, Mbah, Rogo Joyo, Mbah Rogo Dadi serta juru masak mbok Sumi dan mbok Rasemi. Sampai sekarang belum diketahui silsilah keturunannya..Ada yang menyatakan berasal dari Solo.
Pada tahun 1830 Rogomoyo pergi ke Kediri meminta petunjuk seorang ulama yang bernama Agus Burhan. Ia adalah menantu Bupati Kediri yang dikenal Empu Ronggo Warsito. Dia diminta berdakwah ke arah barat dan akhirnya tiba Dukuh Prokowinong Desa Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Rogomoyo juga dikenal sebagai ahli pertukangan dibidang ukir kayu
Hal itu menjadikan Kanjeng Kyai Adipati Ario Condronegoro III Bupati Kudus periode 1812 – 1837 mengutus seseorang untuk menemui Rogomoyo agar bersedia hadir di rumah dinas bupati.
baca juga : Ada Gendruwo di Balik Galian C Klumpit
Setelah bertemu dengan bupati, Rogomoyo diminta untuk membangun pendopo Kabupaten Kudus . Disanggupi dan mampu diwujudkan. Sebagai
tanda terimakasih Kanjeng Kyai Adipati Ario Condronegoro III memberi gelar dengan sebutan Rogomoyo yang mulia.
Rogomoyo meninggal pada Rabu Legi, namun tidak diketahui tanggal dan bulannnya. Ia dimakamkan di pekuburan desa setempat, bersama sahabat karibnya
Rogo Perti, Rogo Joyo, Rogo Dadi dan abdinya Sumi serta Rasemi .
Setiap tanggal 13 bulan Syuro, digelar prosesi mengganti kain luwur di komplek makam tersebut . Diiringi dengan berbagai kegiatan religi: khataman al-Qur’an, pengajian umum, tahlil umum, pembagian nasi berkah hingga kirab budaya . Mantan Kepala Desa Kaliwungu, Martoyo menambahkan, untuk menghormati karya dan mengenang sosok Rogomoyo tersebut, sejak sekitar tujuh-delapan tahun terakhir pihaknya menggelar kirab budaya yang berlangsung setiap bulan Muharam .” Sekitar 20 persen penduduk kami memang dikenal sebagai tukang kayu, sekaligus pengrajin ukir yang mumpuni. Ini juga berkat keahlian Rogomoyo tempo dulu yang disebar luaskan ke penduduk desa setempat,” tuturnya (Sup)