Kudus, Dupanews.id – Salah satu dari sekian banyak program Kudus Gasik menurut Bupati Kudus Hartopo adalah menghilangkan kesan umum setiap kuburan/makam itu angker. Menjadi tempat yang asri dan nyaman.
Hartopo pun meninjau langsung kuburan Kaliputu, Ploso dan Bakalan Krapyak. Tiga kuburan ini menjadi sasaran utama dalam mentrapkan Kudus Gasik. Mengingat lokasinya yang sangat strategis dan tergolong kuburan dengan areal yang cukup luas.
Kesan angker tercermin dari banyaknya pohon kamboja yang berada di dalam komplek kuburan. Setiap hari sebagian daun dan bunganya berguguran. Tidak ada petugas yang nyaponi, sehingga menjadi sampah. Kemudian muncul rumput ilalang dan sebagainya.
Letak makam pun sangat tidak teratur. Setiap kali ada prosesi kematian- penguburan atau saat bersih bersih kubur, peziarah terpaksa menginjak-menyenggol pusara dan patoknya. “Coba dibuat jalan – paving. Pasang lampu penerangan” ujar Hartopo.
Dari tiga kuburan tersebut, hanya komplek kuburan Bakalan Krapyak yang telah membangun jalan di dalam kuburan. Namun dari banyak sisi untuk menunjang terwujudnya Kudus Gasik, kuburan Kaliputu memiliki nilai lebih.
Kaliputu memiliki tiga kuburan. Yaitu pasarean Sedo Moekti yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Diantaranya yang disemayamkan di sini adalah Raden Mas Sosrokartono Sosrokartono, kakak kandung tokoh emasipasi-pahlawan nasional Raden Ajeng (RA) Kartini. Putra dari Bupati Jepara RM Ario Sosrodiningrat.Lalu makam pahlawan Setyo Pertiwi dan makam muslim Sedo Mulyo.
Baca Juga : Selamat Datang Kudus Gasik Selamat Tinggal Kudus Semarak
Ketiganya berada di tepi Jalan Sosrokartono, jalan utama menuju tempat wisata Gunung Muria – makam masjid Sunan Muria. Makam pahlawan dan makam Sedo Mulyo berada di sisi kiri (barat dari arah selatan/kota) dan Sedo Moekti disisi kanan(timur). Ketiganya saling berdekatan,
Khusus untuk kuburan umum/muslim milik yayasan ini di bagian depan sudah dipagar tembok setinggi sekitar satu meter. Dan didepannya juga ada jalan paving lumayan lebar, Ada pula dua kamar mandi/WC. Nampak sejumlah pohon palm dan pohon penghijauan di lokasi ini
Namun di dalamnya tidak ada jalan. Dipenuhi makam, patok , kijing dan pohon kamboja. Di ujung sisi barat berupa tebing sungai
Sementara diantara jalan paving dan jalan raya terdapat saluran irigasi yang belum lama ditata ulang. Lalu ada Taman Kaliputu yang “nylempit” diantara pohon penghijauan.
Situasi dan kondisi seperti itulah yang nerupakan modal dasar jika kuburan Sedo Mulyo atau lebih dikenal kuburan Kaliputu bisa deprogram sesuai Kudus Gasik. Bahkan bisa menambah daya tarik Desa Kaliputu yang juga telah ditetapkan sebagai desa wisata.
Pengganti Kamboja
Guna menghilangkan kesan angker yang bermuara dari banyaknya pohon kamboja- juga disebut bunga kubur, maka langkah awal yang tidak banyak mengeluarkan biaya adalah menebangi pohon tersebut digantikan dengan pohon – bunga baru yang sangat banyak jenis ragamnya.
Namun jika merunut pada flora identitas Kabupaten Kudus yaitu pohon Jambu Bol atau juga biasa disebut jambu Dersono. Dan sekarang nyaris punah, bisa menjadi pilihan awal untuk kembali menghidupkan serta mengembangkan biakkan flora ini.
Harga buahnya yang jika telah tua dan matang berwarna merah tua, rasanya manis, daging empuk, saat ini mencapai Rp 50.000 per kilogram. Termasuk salah satu jenis buah dengan harga tinggi.
Bisa diselingi dengan tanaman berbunga seperti kenanga dan kanthil, yang cukup banyak nilai lebihnya. Di sela sela tanaman itu bisa disisipkan banyak sangkar burung- khususnya burung Cucak Hijau yang termasuk fauna-satwa identitas Kabupaten Kudus.
Penataan hingga bunga-pohon siap saji semuanya punya nilai-kelebihan sendiri, Bupati Kudus atau tim 17 Kudus Gasik, bisa meminta bantuan-partisipasi dari Divisi Penghijauan PT Djarum yang memiliki semua itu.
Tidak hanya terbatas untuk merombak kesan angker dari sebuah kuburan, tetapi juga mampu merombak wajah kota Kota Kretek. Salah satu dari sekian buktinya ketika menghijaukan tepi jalan raya sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sejauh 1.000 kilometer yang menghubungkan Anyer Banten (Jabar )- Pamanukan Situbondo (Jatim) atau dikenal jalan raya Daendels. Sosok Gubernur Jendral “orang” Belanda yang membangun jalan ini pada tahun 1885. (Sup)