Kudus, Dupanews.id – Agar kualitas produksinya selalu terjaga dengan baik maka sejumlah bahan baku pembuatan Jenang Kudus Mubarok (JKM) harus didatangkan dari daerah lain. Dulu lebih dikenal dengan Jenang 33 ( nomor rumah di Jalan Sunan Muria Kudus)
Seperti kelapa dari Bali. Beras ketan dari Jawa Baret. Gula kelapa dari Kebumen dan sekitarnya. Sedang gula pasir masih bertahan memakai produksi pabrik gula (PG) Rendeng Kudus. Begitu pula gula tumbu atau gula merah dari wilayah Kecamatan Dawe (Kudus). Lalu untuk bahan bakarnya yang menggunakan sebetan kayu jati didatangkan dari Pati.
Baca Juga : Cara Sederhana Membuat Kuluban, Makanan Tradisional Masyarakat Jepara
Ketika semua bahan baku dan bahan bakar, tiba di lokasi produksi JKM di Jalan Sunan Muria Kudus, maka proses berikutnya adalah mengolah-memasak. Dengan menambah bahan penyerta untuk memperkaya variasi rasa. Seperti durian, strawberry, anggur , melon dan mocca
,Disediakan 28 unit “wajan” dari bahan stainless steel (sejenis besi dengan paduan bahan logam penyusun, kromium, besi, mangan, karbon, silicon, dan nikel ) yang digerakkan secara mekanis, Ditempatkan dalam tungku dan ditangani sjumlah pekerja laki laki,
Setelah melalui proses pemasakan selama sekitar 5 (lima) jam, maka dipindahkan ke dalam “loyang loyang” plastik. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama beberapa saat.
Baca Juga : Bangun Gedung Kudus Nursing Center, Wujud Komitmen PPNI Kudus Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Publik
Proses selanjutnya diangkut ke ruang “pemotongan”. Puluhan pekerja yang semuanya perempuan dengan mengenakan “topi dan rompi memasak” siap untuk “mengeksekusi”, Dengan cara memotong motong sehingga menjadi berukuran panjang antara 9-10 centimeter dengan ketebalan sekitar dua- dua setengah centimeter. Sekaligus dibungkus dengan plastik
Setiap dua pekerja disediakan satu meja dan satu kursi kayu, Letaknya memanjang kea rah belakang. Samping kanan kiri “berdinding : rak rak kayu. Lalu proses terakhir di bagian pembungkusan dan pengemasan.
Menurut Melani, dari Perusahaan JKM, untuk saat ini produksinya rata rata 1-2 ton per hari. Sebelum pandemi Covid-19 bisa mencapai 2-3 kalinya. Pemasarannya di berbagai kota/kabupaten di Indonesia dan di sejumlah negara lain.
Tentang bahan baku kelapa yang harus didatangkan dari Bali, karena kelapa dari daerah lain kualitasnya kurang bagus.. Awal awalnya dari Kepulauan Karimunjawa dan daerah lainya. “ Kelapa dari Bali sudah dalam bentuk kupasan. Tidak tahu warna kelapanya. Apakah hijau atau kuning. Namun yang pasti buahnya lebih tebal dibanding buah kelapa lainnya, Lalu kualitasnya santannya juga lebih baik,” tuturnya Selasa (6/4.2021).
Menurut data yang dihimpun Dupanews, di Provinsi Bali terdapat puluhan jenis kelapa. Salah satunya adalah Varietas Kelapa Genjah Kuning Bali(GK B). 0 yang dilepas sebagai kelapa unggul Nasional tahun 2006.Berdasarkan surat keputusan Mentan nomor 527/ Kpts/SR.120/9/2006Kelapa GKB mulai berbuah pada umur 40 bulan. Bentuk buah bulat, bentuk buah tanpa sabut bulat, ukuran buah kecil, warna kulit buah kuning. Produksi tandan rata-rata 12-14 buah per pohon, jumlah buah 9-12 butir per tandan atau sebanyak + 60-110 butir/pohon/tahun. Kadar minyak 61,80%, agak peka terhadap penyakit Phytopthora sp. Asal dari seleksi populasi perkebunan Sangiang, Bali. Mulai berbuiah pada umur 36 bulan dan mulai bisa dipanen umur 48 bulan .(Sup)