Kudus, Dupanews.id – Sudah 2 tahun ini, warga penganut agama Kristen/Katolik di Indonesia, terpaksa tidak dapat merayakan hari raya Jumat Agung atau yang biasa disebut Good Friday. Tidak hanya itu, ibadah memperingati trilogi tiga hari suci sebelum peristiwa Paskah. Yaitu Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci pun hanya bisa dilakukan secara online ataupun streaming dari rumah.
Baca Juga : TRAGEDI MINGGU PALMA Oleh Trias Kuncahyono
Ini tak lepas dari sedang merebaknya wabah pandemi Corona di Indonesia. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan himbaunan dan pelarangan kegiatan peribadatan yang melibatkan banyak orang. Namun, sangat disesalkan, masih saja ada segelintir pihak yang ngotot melanggar hal itu. Sosok Tuhan, dan keyakinan mereka akan perlindungan dan keselamatan, membuat golongan ini menaifkan pemerintahan dunia.
Ini sejatinya sebuah ironi. Kalau kita melihat peristiwa menjelang Paskah, adalah dimana ketika Yesus ditangkap oleh pemerintahan Ponsius Pilatus saat itu, hasil dari pengkhianat muridnya, Judas Iskariot. Selanjutnya, adalah sejarah. Yesus diadili secara tidak adil oleh hukum dunia, dan akhirnya dijatuhi hukuman disalibkan, hukuman yang ditujukan kepada para penjahat yang hina.
Hukuman itu dimulai dari proses memanggul salib, yang dikenal dengan prosesi “Via Dolorosa”. Sepanjang jalan menuju ke bukit Golgota, lokasi penghakiman, Yesus sebagai Anak Allah menerima berbagai macam hal. Mulai dari siksaan secara fisik, dicambuk, dipukul, diludahi dan lain sebagainya. Penghinaan pun diterima tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut-Nya untuk melawan.
Yesus rela menjalani itu semua, demi penebusan dosa atas manusia. Hingga akhirnya, Dia harus meregang nyawa dan meninggal di atas kayu salib, untuk menggenapi ‘tugas’-Nya di dunia. Darah-Nya yang mahal, harus tertumpah di atas kayu salib, untuk menebus dosa kita, manusia yang hina ini.
Baca Juga : Unggah Ungguh Saat Ini Tidak Ditrapkan Dalam Keseharian
Sejatinya, umat yang percaya pada Yesus, harus benar-benar mengerti, memahami, dan belajar dari peristiwa ini. Di saat Yesus rela menjalani hal yang tak selayaknya dialami, para manusia ini malah bersikap sombong dan congkak, berbalut pengetahuan dan keilmuan agama mereka.
Saling hujat, bahkan ngotot melawan anjuran pemerintah, adalah bentuk kesombongan mereka yang mengaku pandai dalam hal keagamaan.Apalagi dalam saat seperti ini. Malah banyak mereka yang berasal dari golongan agama, yang malah menjadi penyebar wabah bagi lingkungannya.”Jadilah serupa dengan sosok Yesus Kristus, agar sekitar kita dapat benar-benar menjadi terang, dan ‘garam’ lewat perbuatan kita, yang memberkati sesama.”
Selamat hari Jumat Agung, ( Tim Renungan Harian Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Jalan Sunan Muria Kudus/Sup).