Kudus, Dupanews.id – Mengenakan topi “pet” bertuliskan “sniper”. Berbaju lengan pendek, Berompi warna hijau, berlogo dengan tulisan Paguyuban Fotograper Menara Kudus ( PFMK). Lalu “berkalungkan” sebuah kamera merek terkenal.
Itulah sosok Teguh, salah satu diantara “mat Kodak” anggota PFMK yang dijumpai Dupanews di komplek Menara Kudus, Kamis sore (18/3/2021). “Saya salah satu diantara lima orang yang mengawali mencari rejeki sebagai juru foto di komplek ini sekitar tahun 2009, Sekarang jumlahnya mencapai 35 orang dan tidak akan menerima “anggota” baru, Sudah sangat banyak” tuturnya.
Agar memperoleh penghasilan yang bisa menghidupi seorang isteri dan dua anak ini, Teguh setiap harinya sudah harus tiba di lokasi saat menjelang matahari terbit. Kemudian baru meninggalkan komplek Menara Kudus, kembali ke rumahnya Desa Peganjaran Kecamatan Bae Kudus “Jika sedang ketiban rejeki.maka dapat “motret” 10 orang lebih. Tapi juga sering “blong” hanya dapat satu dua orang saja. Sekali motret tarifnya Rp 20.000. Lalu dibagi dua dengan pemilik cetak foto,” tambah Teguh yang murah senyum dan cukup ramah ini.
Untuk menjadi “mat kodak” ia bermodal sebuiah kamera yang dibeli dengan harga Rp 5 juta lebih (kondisi baru). Lalu menimba ilmu potret memotret dan selebihnya dilakukan secara otodidak.
Sebelum juru foto bertambah banyak dan juga sebelum adanya Covid-19, penghasilannya cukup lumayan. Meski demikian , ia selalu berprinsip rejeki itu sudah ditentukan “Yang Di atas” (Tuhan). “Jadi tidak perlu menggerutu. Apalagi marah marah terhadap pengunjung/peziarah yang tidak mau dipotret. Marah dengan sesame teman seprofesi Semuanya sudah ada “jatah”nya sendiri sendiri.” ujarnya . Menghadapi bulan puasa yang sebentar lagi tiba dan dipastikan menjadi bulan paceklik bagi Teguh dan semua anggota PFMK (karena nyaris tidak ada peziarah yang datang), ia sudah siap menghadapi. Ia berjualan buah korma atau barang kebutuhan lain khusus bulan puasa. Atau pekerjaan srabutan lainnya. (Sup)