Pintu Pembagi Banjir Wilalung, Umurnya 104 Tahun
Kudus, Dupanews – Pintu pembagi banjir(PPB) Wilalung , meski telah berumur sekitar 104 tahun, tapi “tongkrongan” masih nampak gagah – anggun- kuat. Dan yang tidak kalah menariknya masih berfungsi dengan baik. Sekaligus tercatat sebagai salah satu benda cagar budaya.
PPB yang terletak sekitar 100 meter dari belakang pasar desa Kalirejo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus ini, masih mampu menerima kiriman air/banjir dari bendung Klambu Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan. Kemudian baru “dibagi” melalui sembilan pintu. Dua pintu mengarah ke sungai Wulan dan sembilan pintu mengarah ke sungai Juwana.
Selain itu di sisi kanan pintu dilengkapi dengan “jalan” dengan bahan lembaran baja tebal dan menjadi salah satu jalan pintas yang menghubungkan wilayah Kecamatan Undaan (Kudus) dengan wilayah Kecamatan Dempet, Gajah dan Karanganyar Kabupaten Demak. Jalan ini cukup ramai hampir sepanjang 24 jam.
Saat Dupanews menyambangi PPB Wilalung, Minggu siang (20/11/2022), kondisi air (banjir) kiriman dari bendung Klambu lumayan banyak, sehingga dua pintu yang mengarah ke sungai Wulan dibuka. Sejauh mata memandang hanya kelihatan air yang mengalir tenang- tapi menghanyutkan. Kemudian menyusuri aliran sungai- tembus ke jalan raya Karanganyar – Dempet (Demak)- tembus lagi ke jalan negara Kudus – Demak- Semarang. Sebagian kondisi jalan berbeton ini di banyak titik mulai rusak ( berlubang).
Komplek PPB Wilalung beberapa tahun lalu sempat dibangun taman kecil kecilan sebagai salah satu sarana rekreasi. Ditandai dengan tulisan menyolok Bendung Wilalung. Kemudian tempat para petugas jaga juga telah direnovasi, sehingga lumayan layak huni. Dilengkapi dengan perangkat pemancar riq yang berfungsi untuk komunikasi antar petugas Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juwana ( semula dikenal BPSDA Jratunseluna).
Bangunanya tergolong unik dan bernilai sejarah tinggi . Dibangun pemerintah Belanda sejak tahun 2008 – 2016 (selama delapan tahun), namun baru dioperasikan pada tahun 2018. Sebelumnya, yaitu tahun 1892, Belanda terlebih dahulu membangun saluran air sejak dari pintu Wilalung hingga laut Jawa di wilayah Demak- kini dikenal sebagai Sungai Wulan.
Pintu Wilalung memiliki 11 pintu. Sembilan pintu mengarah ke Sungai Juwana menuju Laut Jawa di wilayah Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Melalui wilayah Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo (Kudus)- Margorejo – Juwana (Pati). Dua pintu mengarah ke Sungai Wulan, lewat Kecamatan Undaan- Jati (Kudus), Karanganyar – Mijen (Demak).
Pintu Wilalung berfungsi untuk membagi debit banjir yang datang dari arah Sungai Lusi dan Sungai Serang. Semula sebagian besar debit banjir dilewatkan sembilan pintu (ke sungai Juwana), dengan tujuan untuk “melumpuri” rawa di seputar Kecamatan Sukulilo (Pati). Sukses menimbun rawa dan dijadikan daerah pemukiman penduduk.
Lalu secara bertahap debit banjir ke Sungai Juwana dikurangi, sejalan dengan program normalisasi Sungai Wulan yang didesain mampu menampung debit banjir hingga 1.200 meter kubik per detik. Namun hanya mampu bertahan beberapa tahun saja, karena dengan debit seputar 800- 1.000 meter kubik./detik, sungai ini sudah meluap dan menimbulkan banjir.
Pengurangan debit banjir ke Sungai Juwana ditandai dengan penutupan satu pintu. Lalu secara bertahap pintu pintu lainnya, seiring dengan rusaknya pintu yang masing masing setinggi lebih dari lima meter. Pintu pintu tersebut sudah beberapa kali diperbaiki dan sekarang tinggal dua pintu yang masih berfungsi dengan baik.(Sup)