Kudus, Dupanews – Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kudus saat ini belum memutuskan langkah terbaik untuk menuntaskan masalah banjir rutin yang melanda sebagian wilayah “ Kota Kretek”. Meski sudah ada sejumlah pilihan. “ Sebab masalahnya begitu komplek. Saling kait mengkait antara dinas/isntansi dan juga kabupaten/ daerah lain Propinsi hingga pemerintah pusat. Jadi masih dalam proses,” tutur Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas PUPR Kabupaten Kudus, Arief Budi Siswanto, yang didampingi stafnya Rasiono Selasa (23/3/2021).
Banjir yang nyaris rutin setiap musim penghujan menerpa Kabupaten Kudus yang berpenduduk sekitar 800.000 jiwa dan tersebar di 9 Kecamatan disebabkan banyak hal. Namun dapat disimpulkan, karena curah hujan tinggi- terkadang ekstrim. Diapit dua sungai besar Juwana dan Wulan, yang memperoleh gelontoran ai (banjir) dari daerah atas. Seperti Blora dan Grobogan.
Baca Juga : Lewat Proklim, H.M Hartopo Targetkan Lingkungan Rahtawu Kembali Pulih
Menurut Arif, sungai Wulan yang berhulu di pintu pembagi banjir Wilalung memang sempat dinormalisir sehingga mampu menampung debit banjir hingga 1.200 meter kubik per detik. Normalisasi ini juga bertujuan untuk mengurangi “beban” berat yang selama ini dipikul sungai Juwana. “ Awalnya sungai Juwana yang juga berhulu di pintu Wilalung Undaan “mengemban tugas” menerima gelontoran banjir hingga 800 meter kubik per detik melalui sembilan pintu. Namun setelah program “membanjiri” lumpur untuk daerah rawa di seputar Kecamatan Sukolilo berhasil ( berubah menjadi areal pertanian dan pemukiman). Dan kemudian kondisi sungai Juwana sendiri yang semakin dangkal, maka sebagian besar beban itu dialihkan ke sungai Wulan melalui dua pintu,” ujarnya.
Namun sejak sungai Wulan dinormalisir sekitar 10 -12 tahun terakhir, secara perlahan namun pasti tidak sanggup menampung debit banjir hingga 1.200 meter kubik.detik. Akibat tingginya sedimentasi dan penyebab lainnya, “Sehingga ketika digelontor 800 meter kubik per detik saja, sungai ini sudah meluap. Luapan sungai itulah yang mengakibatkan banjir di sebagian wilayah Kabupaten Kudus. Terutama di daerah aliran sungai (DAS) wilayah Kecamatan Undaan, Jati dan Kaliwungu,” tambah Arif.
Baca Juga : Lewat Proklim, H.M Hartopo Targetkan Lingkungan Rahtawu Kembali Pulih
Sebenarnya untuk mengurangi – mengatasi banjir di seputar Dea Jati Wetan hingga Tanjungkarang. Dinas PUPR telah membangun dua stasiun pompa air di sisi tanggul sungai Wulan beberapa meter dari jembatan Tanggul Angin. Pada tahun 2007 dan 2014. Ternyata sangat kewalahan untuk memompa air dari sungai Kencing yang akan “dibuang” ke sungai Wulan. “Kami ada rencana untuk membangun stasiun pompa air dengan kapasitas yang jauh lebih besar. Membangun embung skala kecil –menengah di atas lahan milik pemerintah. Kami juga berkeinginan untuk “mengambil alih” pompa air Tambakromo di Kecamatan Sukolilo yang lama tidak difungsikan”.
Stasiun Pompa air Tambakromo dibangun pada tahun 1991-1992 yang dilengkapi dengan perumahan karyawan proyek Jragung- Tuntang- Serang – Juwana ( nama sunga yang kemudian dikenal dengan Jratunseluna) tidak bisa dioperasikan. Sebab ternyata debit air dari Kedung Ombo tidak mencukupi dan gelontoran air dari Pegunungan Kendeng juga tidak cukup signifikan.
Baca Juga :Lewat Proklim, H.M Hartopo Targetkan Lingkungan Rahtawu Kembali Pulih
Kemudian PT Sahabat Mulia Sakti (SMS)- anak perusahaan PT Indocement, turun tangan memperbaiki sekaligus. Pengoperasiannya pada 23 Januari – 20 Februari 2021 dengan biaya Rp 585/790.000. Tetapi akhirnya juga tidak berfungsi lagi, karena kelompok tani yang diserahi untuk mengelolanya tidak mampu untuk menanganinya .
Stasiun pomp air Tambakromo yang berada di Dukuh Curug Desa Kedumulyo Kecamatan Kayen Kabupaten Pati ini memiliki enam unit pompa. Namun yang telah diperbaiki dan dioperasikan hanya tiga unit saja. Tiga unit yang telah dioperasikan membutuhkan bahan baku solar 200 liter per 10 jam kerja.
Selain itu menurut Arif dan Rasiono, pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali- Juwana melanjutkan program normalisasi sungai Gelis 2020 – 2021. Saat ini sudah diselesaikan dari titik pengerjaan di seputar pintu air Ploso Tambak Lulang hingga menjelang jembatan Kencing. Kemudian akan diteruskan hingga ke sungai SWD I.
Selain itu program normalisasi sungai Juwana yang terhenti hingga di wilayah Kecamatan Jekulo akan dilanjutkan hingga ke pintu Wilalung. Sedang sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Muria dan menjadi tanggaung jawabnya Dinas PUPR Kudus. Juga akan dibenahi sesuai dengan anggaran yang ada . (Sup)