BudayaKudus

Wuwungan, Hiasan Rumah Juga Simbol dan Status Sosial

Share

Kudus, Dupanews – Wuwungan adalah salah satu bentuk hiasan pada rumah bagian atas/atap. Dipasang diantara krepus pada rumah berbentuk biasa, limasan dan joglo. Di Kudus dan sekitarnya dikenal rumah joglo pencu yang identik rumah adat Kudus.

Sedang bentuk atapnya yang dihiasai dengan wuwungan bisa dijadikan symbol-status ekonomi pemiliknya Namun juga sebagai alat untu mempercantik  tampilan, juga sebagai mempermudah untuk dikenali.Umumnya rumah yang diberi wuwungan adalah rumah tipe tradisonal, Limasan, dan Joglo.

Secara garis besar wuwungan itu terbagi menjadi tiga besar, yaitu wuwungan  inggiran, tengahan, dan kuncungan- bagian paling atas yang biasa disebut mahkota .
Sedang bentuknya sangat banyak : Seperti ular naga, ayam jago, gunungan, tokoh pewayanagn, tanduk yang melengkung, gelung, rantai kecil,Jengger Bali, hingga polosan tanpa bentuk.

“Desain wuwungannya sendiri sudah dibuat sejak dahulu dan penamaannya didasarkan pada tokoh wayang, hewan, dan tumbuhan. Penamaan-penamaan tersebut mempunyai filosofi. Jika memasang Wuwung Kresna diharapkan pemilik rumah mempunyai sifat seperti Kresna yang bijaksana dan cerdik. Pari atau padi menggambarkan Dewi Sri sehingga kemakmuran selalu menyertai, Kipas supaya rumahnya sejuk. Ayam Jago agar penghuni rumah menjadi ‘jago’ atau bisa diandalkan dalam segala bidang,” beber Aris, salah satu produsen wuwungan

wuwungan rumah adat kudus selatan Menara

Wuwungan pada umumnya berbahan baku tanah liat yang dicampur dengan pasir. Proses pencampuran ini menggunakan mesin supaya proses pencampurannya lebih merata dan menghasilkan tanah liat dengan adonan yang ulet. Setelah itu adonan dituangkan ke dalam alat cetak sesuai bentuk yang diinginkan. “Cetak dalam proses ini hanya body utamanya saja. Kemudian ditempel-tempel dan disatukan dengan bagian lain untuk mendapatkan satu bentuk yang utuh. Untuk pemberian motif bulu-bulu atau garis dilakukan manual diarsir dengan tangan,” terang Aris.

Setelah kering, wuwungan tersebut diangin-anginkan atau dijemur di bawah terik matahari selama 3 sampai 6 hari tergantung cuaca kemudian memasuki proses pembakaran di tungku dan warnanya berubah dari coklat tanah liat menjadi kemerahan. Untuk harga yang dipatok, wuwungan pinggiran berkisar dari Rp 25.000 hingga Rp 90.000, tengahan berkisar Rp 45.000 hingga Rp 100.000, sedangkan kuncungan atau mustaka berkisar antara Rp 65.000 hingga Rp 110.000, tergantung dengan ukuran dan tingkat kesulitan pembuatannya.(sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button