KudusSosial

Jaga Motor Seharian Honornya Rp 65.000 BUMDes Karangampel Ingkar Janji

Share

Kudus, Dupanews.id – Sudah lima tahun menjalani profesi sebagai penjaga motor di komplek Pasar Blolo Desa Karangampel Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Setelah gonta ganti profesi. “Sudah semakin tua sehingga harus menyesuaikan diri dengan kondisi tubuh.” tutur Rochmad, salah satu diantara 10  penjaga motor yang ada di pasar tradisional ini.

Pria kelahiran tahun 1962 ini setiap hari sudah harus berada di tempat kerjanya sekitar pukul 05.00 dan baru pulang kembali ke rumahnya menjelang sore hari. Terkecuali hari libur. Sedangkan puncak kerjanya saat buruh pabrik pulang. “Paling tidak dua jam “non stop” berdiri. Selebihnya bisa duduk duduk sembari istirahat, Saya diberi honor Rp 65.000 per hari. Tidak ada tambahan lain. Kecuali jika ada buruh rokok, pedagang pasar atau warga yang tengah belanja memberikan “oleh oleh” tambah Rochmad saat ditemui Dupanews Kamis ( 22/4/2021).

Honor tersebut diberikan kepada isterinya yang melulu jadi ibu rumah tangga. Enam orang anak dan sejumlah cucu sudah tidak lagi menjadi tanggungannya. “Awalnya saya menerima upah Rp 35.000 per hari”

Dalam setahun terakhir ini ada perubahan tata kelola parkir motor. Semula buruh rokok yang sebagian besar kaum perempuan ini menitipkan motornya di sejumlah tempat penitipan  seputar pabrik,  Tetapi dengan tata kelola baru, sebagian besar buruh rokok menitipkan motornya di dalam komplek Pasar Blolo, karena pintu gerbang pabrik dialihkan ke belakang. Khususnya untuk ke luar masuk buruh. Sedang pintu masuk truk dan mobil tetap berada di bagian depan.

parkor motor di komplek pasar BBlolo Desa Karangampel Kaliwungu Kudus Foto Sup
parkor motor di komplek pasar BBlolo Desa Karangampel Kaliwungu Kudus Foto Sup
Baca Juga : BUMDes Karangampel Gusur Tempat Penitipan Motor

Dengan cara seperti itu, maka rata rata ada 300 buah motor milik buruh rokok setiap hari  yang dititipkan di dalam pasar. Tarifnya Rp 2.000, sehingga total pendapatan Rp 600.000 per hari.”Masih ditambah pemasukan parkir dari “non “ buruh dengan tarif Rp 1.000,- per motor, Rata rata  setiap hari ada pemasukan Rp 200.000, sehingga total pendapatan parkir dari buruh dan non buruh mencapai sekitar Rp 800.000,-“ ujar Rochmad.

Dari jumlah tersebut harus dikurangi untuk membayar honor 10 penjaga motor Rp 65.000/penjaga. Atau Rp 650.000.  Semuanya dikelola pihak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karangampel. “Sebenarnya ada 11 penjaga, tapi satu diantaranya diberhentikan. Selain saya, ada sembilan teman saya, yaitu :  Fais, Sulkan, Ngatono, Basuki, Bambang, Manir, Basiran, Achmad B, dan Furqon.”

Dari 10 penjaga tersebut dua diantaranya yang menerima uang titipan. Satu diantaranya Rochmad yang menempati “gerbang” dekat komplek kamar mandi-wc. Satunya lagi ditempatkan di gerbang lain. Sedang selebihnya berjaga di lokasi penempatan motor dan di pintu gerbang Pasar Blolo.

Dengan sisa uang sekitar Rp 150.000 per hari, maka perolehan BUMDes per bulan Rp 150.000 x 30 hari = Rp 4,5 juta. Atau selama setahun – 12 x Rp 4,5 = Rp 54 juta.  Jika BUMDes mematok mampu setor ke kas desa Rp 40 juta, maka seharusnya di atas kertas bisa diwujutkan. Ternyata sampai sekarang belum ada setoran satu senpun. Ke mana uangnya?

Oleh karena belum ada pertanggung-jawaban dari pengelola parkir –dalam hal ini BUMDes yang ditangani keluarga Kades Karangampel Supama. Maka warga pun hanya bisa menduga duga. Tentu dugaan negative yang paling dikedepankan. Namun jika BUMDes mau (dan seharusnya) membeberkan secara terbuka dan bisa dipertanggung jawabkan, maka  tudingan “miring” dari banyak pihak dengan sendirinya bakal terjawab. Tapi kapan ? (Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button