Kudus, Dupanews.id – Bisnis ayam potong pejantan (APP) di Kabupaten Kudus mulau merebak. Meski masih terbatas pada skala kecil hingga menengah. Setelah para bakul, pemilik warung makan hingga konsumen, sudah membuktikan APP memiliki tekstur daging yang berisi, padat, rendah lemak dan lebih legit. Kini APP boleh jadi sebagai alternatif pengganti ayam kampung.
Dengan pangsa pasar yang semakin terbuka ini, maka merangsang peternak untuk semakin semakin menekuni budidaya, APP “Saya bersama sekelompok peternak sudah mulai berusaha di bidang ini sejak sekitar dua tahun terakhir. Totalnya ada sekitar 10.000 ekor APP yang kami pelihara,” tutur Noor, peternak APP dari Desa Getasrasbi Kecamatan Gebog Kabupaten Kudud, Minggu (19/9/2021)
Sedang Abu Bakar Ali, warga Desa Klumpit tertarik untuk mengikuti jejak Noor dan kawan kawan, “ Baru sekitar 12 hari saya memelihara APP dan sampai sekarang tidak ada kendala. Pertumbuhan ayamnya normal. Sehari harus diberi makan dua kali- setiap pagi dan sore hari,” ujarnya.
Guna lebih mengembangkan usaha ini lebih profesional, maka dalam waktu dekat akan didirikan sebuah wadah organisasi . Juga dilatar- belakangi adanya oknum yang ingin memonopoli pengadaan ayam, pakan hingga jaring pemasaran. “ Kami juga akan “kulo nuwun” ke Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus. Kami masih butuh berbagai bentuk bimbingan hingga pelatihan,” tutur kedua peternak tersebut.
Saat ini untuk berbisnis APP dengan standar 100 ekor Day Old Chicken (DOC ) atau ayam yang baru saja menetas dan baru berumur 1 hari, dengan harga Rp 100.000- Rp 200.000)
Baca Juga : Bupati Kudus Targetkan Vaksinasi Di Kudus Capai 50 Persen
Kemudian dibutuhkan pakan (Voer/ pur/ pellet/, yang terdiri dari campuran berbagai bahan olahan, yang kemudian dipadatkan dan dibentuk menjadi butiran bulat atau memanjang), sekitar 2, 3 kilogram. “ Pakan sebanyak ini mampu menaikkan berat badan ideal hingga satu kilogram dalam waktu sekitar 60- 70 hari. Atau mencampai bobit rata rata 90 klilogram per 100 ekor. Total harganya Rp 1.625.000). Masih ditambah untuk pembelian obat Rp 100.000. Atau total biaya Rp 1/925l000, dibulatkan menjadi Rp 2 juta.“ Ujar Noor.
Sedang untuk hasil penjualannya saat ini Rp 28.000 per kilogram atau Rp 2.260.000 per 100 ekor, sehingga keuntungannya minimal Rp 500.000 – Rp 600.000 jangka waktu 60 –70 hari. Sedang modal jangka panjangnya berupa pembuatan kandang dan pengadaan listrik. “Idealnya satu peternak bisa memiliki satu- dua kandang berkapsitas 1000- 2000 ekor. Lebih efisian. Khususnya untuk mengatur jangka waktu panen bisa dipercepat menjadi satu bulan.” tambahnya.
Ukuran kandang yang dianjurkan sekitar 9 x12 meter untuk 1.500 ekor. Sedang nah bahannya menyesuaikan situasi dan kondisi, Namun yang pasti lokasinya berjauhan dari pemukiman warga dan bebas banjir,
Sedang dari sisi pemeliharaan, APP nyaris sama dengan memelihara ayam kampung. Tidak serumit (penuh resiko) dibanding beternak ayam petelur atau ayam pedaging ras..
Baca Juga : Pemkab Kudus Dukung Penuh Atlet yang Ikut PON Jateng
APP tergolong ayam ras, namun jenisnya beda ( jantan) dan semula merupakan ayam afkiran ( buangan- malah dimusnahkan). Sebab yang dibutuhkan peternak adalah ayam betina yang bisa dimanfaatkan telurnya (petelur) dan dagingnya ( pedaging).
Dengan mengkomsumsi ayam kampung dan atau APP maka manfaatnya antara lain : menguatkan otot dan tulang.Protein tanpa lemak dalam ayam merupakan sumber asam amino yang sangat baik..
Selain protein, ayam kaya akan beberapa mineral seperti fosfor dan kalsium, yang membantu menjaga kesehatan tulang. Selain itu, daging ayam memiliki selenium yang telah diketahui dapat mengurangi risiko radang sendi.(Sup)