KudusKuliner

Nasi Jangkrik Goreng Butuh Sentuhan Pakar Kuliner dan Promosi

Share

Kudus, Dupanews.id Jika ingin nasi jangkrik goreng (NJG) lebih dikenal dan digemari masyarakat luas, nampaknya perlu “sentuhan” pakar kuliner dan promosi.  Itu sangat mungkin terwujut, karena Kudus telah memiliki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)  jurusan tata boga dengan segala kelebihannya

Mengingat NJG sampai sekarang, masih tetap kalah terkenal, kalah ternama dengan Soto Kudus. Meski dua-duanya tergolong masakan khas Kudus. Apalagi  NJG ini termasuk salah satu  masakan  bernilai sejarah, kesukaan Sunan Kudus dan selalu tampil dominan dalam ritual Buka Luwur yang berlangsung setiap tanggal 10 Muharram. Tahun ini jatuh pada Kamis (19 Agustus 2021).

Setiap Buka Luwur tersaji puluhan ribu bungkus NJG yang dibagikan kepada masyarakat umum. Serta ratusan lainnya yang dikemas dalam keranjang kecil, untuk para donatur tokoh masyarakat-agama hingga sejumlah pejabat. Tahun ini untuk memproses NJG pihak panitia memperoleh bantuan  14 ekor kerbau, 69 ekor kambing dan 10,8 ton beras.

Namun dalam kesehariannya NJG ini nyaris tidak menjadi salah satu jenis makanan yang tersaji di dalam rumah tangga warga Kota Kretek. Bahkan hanya ada dua warung yang menyajikan NJG. Keduanya berada di seputar komplek Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus.. Satu  lagi di Desa Gribig Kecamatan Gebog, tapi dalam beberapa bulan ini tidak pernah buka. “ Kami asli Kudus, jujur tidak tahu nasi jangkrik goreng itu seperti apa. ” Apa ada jangkriknya”. Ujar Alim dan Santo warga Desa Klumpit dan komplek perumahan desa Gondangmanis yang ditemui terpisah, Kamis sore (19/8/2021)

Ini amat jauh berbeda dengan nasi soto, pindang, sop yang dengan mudah ditemukan-tersaji di setiap warung dan restoran. Warga dari luar kota pun sengaja datang maupun mampir untuk menikmati lezatnya masakan khas Kudus tersebut. Terutama yang berbahan daging kerbau- termasuk sate kebonya.

Baca Juga : Explore Museum Jenang Kudus

Bahkan makanan khas Kudus yang juga banyak  digemari warga Kota Kretek sendiri, yaitu Lenthok Tanjung  maupun warga luar kota, juga bermunculan bagai jamur di musim hujan. Selain itu juga ada lokasi khusus penjual Lenthok di Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati. Menu makanan ini malah samasekali tidak menggunakan daging kerbau, sapi, ayam dan sebagainya. Lebih didominasi tahu dan  tewel/gori/nangka.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata pada tahun 2018 telah menetapkan lima jenis makanan khas Indonesia. Yaitu soto, rendang, sate , gado gado dan  nasi goreng.Juga ditetapkan tiga daerah sebagai destinasi kuliner Indonesia, yakni Bali, Bandung, serta Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang).

Belum diketahui secara pasti penyebab NJG  kalah terkenal dengan masakan khas Kudus lainnya. Nasikun, salah satu pemilik warung makan di seputar perempatan jalan lingkar barat ( jurusan Gribig-Sudimoto, Panjang – Klumpit Kaliwungu berkilah karena kesulitan mendapatkan daun jati  sebagai alas/piring masakan NJG.

Nampaknya hal itu tidak pas. Sebab dalam beberapa bulan terakhir di Kudus muncul Sega Tewel Gdong Jati, yang  begitu laris manis Dan tentu saja tidak kekurangan daun jati.

Merunut dari cerita rakyat,  NJG itu sendiri adalah masakan isteri Sunan Kudus yang disajikan  ke sejumlah tamu- diantara tamunya terlihat Kiai Telingsing- guru Sunan Kudus. Para tamu menyatakan betapa enaknya makanan itu. “Jangkrik enak tenan masakan iki,” terdengar clethukan  diantara mereka- sebagai ungkapan spontan betapa lezatnya makanan yang tersaji.

Konon makanan itu dihidangkan di atas selembar daun jati. Sedangkan bahannya / bumbunya menurut Ketua Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus (YM3SK) Nadjib Hasan  : . bawang merah, bawang putih, kencur, lombok/cabe merah dan cabe rawit, kelapa dan garam Sedangkan lauknya berupa daging kerbau atau daging kambing.

Lalu ada satu lagi masakan uyah asem dengan bumbu bawang putih, laos, asam jawa, gula merah atau gula aren dan garam. Lauknya sama daging kerbau atau daging kambing, Tapi tidak dijelaskan proses pemasakan/ pengolahannya.

Perlu dimasyarakatkan.

Berdasarkan data yang dihimpun Dupanews.id, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ) I di Kelurahan Purwosari Kecamatan Kota. Maupun SMK PGRI Kaliwungu jalan raya Kudus- Jepara belum memasukkan NJG sebagai masakan khas Kudus. Dalam menu yang tersaji di rumah makan kedua SMK yang antara lain memiliki jurusan baru tata boga/kuliner juga belum tertera.

Padahal para siswanya selain diajarkan masakan khas daerah (Kudus) juga masakan khas Nusantara. Diantaranya wajib menguasai  35 makaman khas nusantara Selain itu sebagian diantara siswa terpilih sempat  studi dan praktek ke mancanegara.

Diantaranya  tim kuliner Indonesia terdiri dari 25 tokoh kuliner dan juru masak ternama seperti Sisca Soewitomo, Bara Pattiradjawane dan Bondan Winarno.

Dan yang membanggakan, tiga siswa SMK Negeri 1 Kudus jurusan Tata Boga yakni Billa Aprilia Putri, Afifah Ramadani dan Yoga Bayu Sadewa jadi anggota tim kuliner Indonesia. Mereka bersama dengan para chef senior  menangani food explorer pada classroom of the future di Frankfurt Book Fair 13- 18 Oktober 2015.

            Pakar kuliner Chef William Wongso  mengaku heran, hotel-hotel bintang lima sering mendatangkan chef dari luar negeri untuk membuat menu makanan.

Padahal di dalam negeri banyak tukang memasak jagoan.

Selain itu Indonesia sudah menjadi perhatian masyarakat dunia. Ia mencontohkan, ada menu Indonesia di silabus pelajaran sekolah di Amerika Serikat

“Mestinya hotel berbintang di Indonesia datangkan chef dari daerah yang hebat-hebat. Jangan datangkan dari Perancis atau luar negeri lainnya,” ujarnya di Jakarta, Senin (5/10/2015). William Wongso bersama Djarum Foundation yang “melahirkan” dan mengawal SMK I  jurusan tata boga hingga saat ini.(Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button