BudayaKudusSejarahSosial

Kembalikan Kudusku

Share

Kudus,Dupanews.id – Ada niat untuk “ Kembalikan Kudusku”. Di saat lima hari ke depan warga-pemerintah kabupaten merayakan hari jadinya yang ke 472 pada  Kamis 23 September.  Sebuah niat yang dlandasi  sebagai salah satu bentuk  melestarikan dan mengembangkan budaya- kini dipopulerkan dengan kearifan lokal.

Yaitu mengembalikan Kudus Kulon sebagai kota lama dan Menara Kudus sebagai landmark   Dan ini merupakan  salah satu bagian penjabaran program GASIK Bupati Kudus Hartopo.  “Sudah mengerucut sambil menunggu perubahan APBD Kudus 2021,” tutur sumber resmi  yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Kota lama itu juga ditandai dengan alun alun yang sempat dijadikan pasar sementara, lama sekali menjadi pangkalan ojek dan parkir dan sejak sekitar lima tahun terakhir digusur dan dirombak menjadi Taman Menara.

Titik inilah yang nantinya akan dikembalikan “keasliannya”- kembalikan kudukudusku. Di lokasi ini masih berdiri kokoh sebuah masjid yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan satu batang pohon beringin berukuran besar

Sedang Landmark adalah suatu unsur karakter penunjang setiap lingkungan atau kota yang dapat menimbulkan kesan tersendiri dari lingkungan atau kota tersebut bila dilihat dan dipandang seseorang. Karena arsitektur sebagai titik pandang, berarti penilaian didasarkan pada bentuk, ruang dan jalinan hubungan yang saling kait mengkait.

Berdasarkan studi Prof. Kevin Linch, landmark adalah bentuk visual yang menjolok dari sebuah kota . Merupakan elemen terpenting dari bentuk kota, karena berfungai untuk membantu orang dalam mengarahkan diri dari titik orientasi untuk mengenal kota itu sendiri secara keseluruhannya dan kota-kota lain.

Sedang fungsi landmark sebagai titik reverensi, struktur, pengarah rute pergerakan dan sebagai tanda atau ciri kota.  Adapun dari sisi jenisnya ada landmark besar, yaitu dapat dilihat dari jauh dan landmark kecil yang hanya dapat dilihat dari jarak dekat saja.

Baca juga : Kudus GASIK, Program Baru Pemkab Kudus Guna Menata Estetika Wilayah

Menara Kudus yang menjadi landmark kota Kudus tidak terlepas dari sejarah Kudus itu sendiri yang diawali dengan  adanya pemukiman  masyarakat  yang diperkirakan berada (sekarang)  di Jalan Sunan Kudus atau sekitar Kali Gelis sebelum abad ke 15 (masa pra Islam).

Kemudian pada abad ke-16 muncul mubaligh asal Yunan (Tiongkok) bernama Tee Ling Sing yang kemudian dikenal dengan  Kiai Telingsing. Ia disertai  pemahat-pengukir ulung Sun Ging An ( kini dikenal sebagai nama Desa Sunggingan, pusat pengrajin  pemahat-pengukir Kudus)  Kiai Telingsing  kemudian mendirikan  pesantren di Sunggingan, sehingga muncul pemukiman santri di  seputar Jalan Kiai Telingsing dan Jalan Menara.

Kota Kudus mencapai kemajuan setelah Sunan Kudus alias Jafar Shodiq bermukim di sini dan ditandai dengan dibangunnya Menara Kudus pada  tahun 1609 (Jawa), atau 1685 Masehi. Arsitekturnya campuran Hindu dan Islam. Namun Sunan Kudus lebih dahulu membangun Masjid Al  Aqsa atau Al Manar pada 1549 Masehi.

Sunan Kudus  menurut  De Graaf  dan TH Pigeaud  dalam bukunya berjudul Kerajaan Islam di Jawa,  tercatat sebagai “imam “ Masjid Agung Demak ke-5, senopati Kerajaan Islam Demak melawan Majapahit pada tahun 1527. Sunan Kudus  akhirnya mendirikan Kota Kudus karena berselisih pendapat dengan Raja Demak, tentang  permulaan bulan puasa. Namun juga ada dugaan ingin  hidup merdeka dan  membaktikan seluruh hidupnya untuk memperdalam  ilmu ketuhanan dan melakukan karya-karya yang direstui Tuhan.

Selain Sunan Kudus, yang juga dikenal sebagai salah satu Wali Sanga (Wali Sembilan) juga tersohor karena jiwa moderatnya. Di mana budaya baru  yang datang (Islam) tidak perlu untuk memusnahkan segala warisan  yang berbau pra Islam. Dibuktikan dengan bentuk arsitektur Menara dan larangan menyembelih sapi yang sangat dihormati pemeluk Hindu.

Baca Juga Selamat Datang Kudus Gasik Selamat Tinggal Kudus Semarak

Pada abad  ke-17 hingga akhir abad 18, Kudus  menjadi pemasok utama beras bagi Kerajaan Mataram. Pemukiman penduduk pun semakin berkembang. Pusat kota dihuni para murid dan pengikutnya.

Kemudian pada masa kolonial , pusat kota dipindahkan  ke arah timur Kali Gelis (Kudus Timur), yang dilengkapi dengan alun-alun, masjid dan perumahan pegawai pemerintah. Sedang Kota Lama (Menara/Kudus Kulon)  menjadi daerah pemukiman. Sedangkan pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 muncul industri rokok kretek. Menara Masjid Sunan Kudus  yang berarstektur nyleneh tapi menarik ini, mulai didatangi banyak pengunjung dari  berbagai daerah dan negara lain  sejak abad ke 17

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan Bagian Proyek Penataan dan Revitalisasi Kawasan Wilayah Tengah, menunjuk Todo Mareva Lumtor sebagai konsultan bantuan teknis perencanaan, penataan dan revitalisasi kawasan pusat kota Kudus (Menara Kudus).

Konsultan tersebut telah  membukukan hasil karyanya dalam sebuah buku tebal  yang terbagi  menjadi 5 bab. Bab I  berupa pendahuluan, yang menyangkut latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup pekerjaan dan keluaran.

Bab II  GambaranUmum tentang  tinjauan kota Kudus dan tinjauan kawasan perencanaan. Bab III Paradigma dan Pendekatan . Bab 4 Metodologi dan Bab V  menyangku skenario awal.

Menurut Konsultan PT TML yang berkedukan di Bekasi (Jawa Barat) kawasan pusat kota merupakan salah satu pusat kegiatan masyarakat yang mampu  menjadi salah satu landmark Kota Kudus…(sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button