Raden Ayu Putri Mening, Budhe Raden Ajeng Kartini

Kudus, Dupanews.id – Raden Ayu Putri Mening yang disemayamkan di pesarean Sedo Mukti, Desa Kaliputu Kecamatan Kota Kudus adalah budhe dari Raden Ajeng (RA) Kartini- tokoh emansipasi wanita dan pahlawan nasional ( surat keputusan presiden nomor 108 tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964).
Raden Ayu Putri Mening tercatat sebagai putri dalem Kanjeng Gusti Mangku Negoro ke-4. Dan garwo ( isteri) dari Kanjeng Raden Mas Adipati Ario Tjondronegoro V- yang dikenal sebagai Bupati Kudus- Brebes 1850 – 1880. Makam Raden Ayu Putri Mening ini menjadi jujugan bagi warga-utama warga Desa Kaliputu saat menyelenggarakan berbagai bentuk acara. Dari saat hendak mendirikan rumah sampai ke berbagai bentuk perhelatan. Ada yang berdoa di sini. Ada pula yang membawa sesaji. Umumnya berjalan sukses,”ujar Sunarto juru kunci ke-10 pesarean Sedo Mukti, saat ditemui Dupanews.id Kamis ( 15/9/2022). Ia sempat ditemui seorang perempuan yang hendak nyekar di makam Raden Ayu Putri Mening.(RAPM).
Cungkup RAPM cukup sederhana. Bangunan setengah tembok. Atap seng dan asbes. Bentuk limas an. Berukuran sekitar 3 x 3 meter. Di bagian depan tengah ada pintu kecil yang tidak terkunci. Sedang tembok dalam kanan kiri dan belakang terpasang kain putih transparan. Di bagian belakang- di sudut kanan –kiri nampak dua buah vas bunga kering yang diletakkan dalam semacam kotak berbingkai kaca bening. Di bagian tengahnya terlihat sebuah payung dalam kondisi tertutup kain kuning.

Sedang nisannya didominasi warna putih. Dan bagian dasar-lantai dialasi semacam tikar warna hijau. Di bagian depan nisan ada satu tempat untuk pembakaran dupa/kemenyan, serta dua tempat untuk menyalakan hio. Hio adalah dupa yang digunakan masyarakat Tiongha sebagai pelengkap dalam ritual ibadah. Hio sendiri berarti harum. Bau wangi- harum muncul saat dibakar/dinyalakan. Sedang makam suaminya, yaitu Bupati Kudus- Brebes Adipati Ario Tjondronegoro ke-V sendiri dimakamkan di Brebes. Sementara Bupati Kudus lainnya yang juga dimakamkan di Sedo Mukti. adalah Adipati Ario Tjodronegoro III ( 1812- 1837), Adipati Ario Tjondronegoro ( 1837 – 1865), Adipati Ario Tjondronegoro( 1850-1880), Adipati Ario Tjondronegoro ( 1890-1925) dan Raden Agus Sayid. “Sedang jumlah makam yang tercatat sampai sekarang lebih dari 300 an, pada areal seluas dua hektar” tambah Sunarto.(Sup)