KudusSejarah

Taktik Sunan Kudus Merangkul, Hindu dan Budha

Share

Kudus, Dupanews.id – Pada hari Rabu 23 September 2021 tercatat sebagai hari ulang tahun Kabupaten Kudus yang ke-472. Lebih muda dari Kota/Kabupaten Demak yang didirikan pada tahun 518. Dan  Sunan Kudus menjadi tokoh kuncinya.

Sebelum menetap di Kudus,  salah satu anggota Wali Songo (Sanga/sembilan) yang bernama Jafar Sodiq ini, juga dikenal sebagai  penasehat Sultan Demak dan Panglima Perang Kerajaan Islam pertama Demak. Dilahirkan di Yerusalem sekitar tahun 1.500 Masehi dan meninggal di Kudus pada sekitar tahun 1550.

Dalam rangka menyebar-luaskan agama Islam di Kudus,  Sunan Kudus merangkul masyarakat Hindu dan Budha yang saat itu banyak dianut warga setempat dengan mentrapkan strategi khusus.

Menurut penelitian  Edy Nur Yusuf – manajemen pendidikan islam fakultas ilmu tarbiyah  dan keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta (2018)

Pada suatu hari Sunan Kudus atau Ja’far Sodiq membeli seekor sapi.dari Hindia,

Setibanya di Kudus sapi itu ditambatkan di halaman rumah Sunan Kudus. Warga  penasaran dan tergerak hatinya . Lalu  berduyun duyun memenuhi halaman rumah Sunan Kudus  Sebab sapi dalam pandangan Hindu adalah hewan suci yang menjadi kendaraan para dewa.\Menyembelih sapi adalah perbuatan dosa yang dikutuk para dewa. .

Melihat banyaknya warga tersebut, Sunan Kudus keluar dari dalam rumahnya.

Sedulur-sedulur yang saya hormati, segenap sanak kadang yang saya cintai, Sunan Kudus membuka suara. Saya melarang saudara-saudara menyakiti apalagi menyembelih sapi. Sebab diwaktu saya masih kecil, saya pernah mengalami saat yang berbahaya, hampir mati kehausan lalu seekor sapi datang menyusui saya” ujar Sunan Kudus.

Mendengar cerita tersebut para pemeluk agama Hindu terkagum-kagum. Mereka menyangka Ja’far Sodiq itu adalah titisan dewa Wisnu, maka mereka bersedia mendengarkan ceramahnya “. Demi rasa hormat saya kepada jenis hewan yang pernah menolong saya, maka dengan ini saya melarang penduduk Kudus menyakiti atau menyembelih sapi”  tanbahnya Kontan para penduduk terpesona atas kisah itu.

Sunan kudus pun melanjutkan kisahnya. Salah satu diantara surat-surat Al-Qur’an yaitu surat yang kedua dinamakan Surat Sapi atau dalam bahasa Arabnya Al-Baqarah, kata Sunan Kudus.

Masyarakat semakin tertarik. Kok ada sapi di dalam Al-Qur’an mereka menjadi ingin tahu lebih banyak dan untuk itulah mereka harus sering-sering datang mendengarkan keterangan Sunan Kudus.

Bukan hanya itu Sunan Kudus juga membangun Menara Masjid  dengan  arsitektur unik perpaduan Hindu-Jawa dengan Islam pada tahun 1549. Ditandai dengan .  candrasengkala “gapuro rusak ewahing jagad”. Maka warga yang menganut agama Hindu merasa akrab dan tidak takut atau segan masuk ke dalam mesjid guna mendengarkan ceramah Sunan Kudus.

Merangkul Masyarakat Budha

Sesudah berhasil menarik umat Hindu kedalam agama Islam hanya karena sikap toleransi yang tinggi, yaitu menghormati sapi yang dikeramatkan umat Hindu dan membangun menara mesjid mirip dengan candi Hindu. Kini Sunan Kudus bermaksud menjaring umat Budha. Tidak mudah, harus kreatif dan tidak bersifat memaksa.

Kemudian Sunan Kudus membuat padasan atau tempat wudhu dengan pancuran yang berjumlah delapan. Masing-masing pancuran diberi arca: kepala kebo gumarang di atasnya.  Hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha, “Jalan berlipat delapan” atau Sanghika Marga” yaitu :Harus memiliki pengetahuan yang benar. Mengambil keputusan yang benar. Berkata yang benar Hidup dengan cara yang benar. Bekerja dengan benar. Beribadah dengan benar dan  menghayati agama dengan benar.  Cara ini pun juga sukses.(Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button