Pegunungan Kendeng Bagai Seekor Naga Lagi Tidur, Tembang Pangkur Ibu Bumi

Kudus, Dipanews
Gunarti, tokoh perempuan Sedulur Sikep (Samin) yang tinggal di Sukolilo, sekitar 27 kilometer selatan pusat pemerintahan Kabupaten Pati. Mengibaratkan Pegunungan Kendeng Utara sebagai seekor naga yang sedang tidur.
Metafora Seekor Naga yang sedang tidur yang dipergunakan oleh warga masyarakat terhadap Pegunungan Kendeng Utara merupakan konstruksi sosial yang sangat penting.
Metafora Seekor Naga yang sedang tidur bisa ditafsirkan sebagai : Penegasan tentang wilayah perbukitan kapur yang memanjang dari timur ke barat sebagai sebuah kesatuan ekosistem yang tidak memandang gunung kapur sebagai mahluk hidup yang harus dihormati,
Bukan sekedar alam yang hanya untuk di budi dayakan (baca: dieksploitasi). Pemahaman tentang alam sebagai sesuatu yang perlu disantuni dan tidak disakiti;
Jika alam terusik karena ulah manusia, alam bisa marah dan mengamuk, ibarat seekor naga yang marah karena terusik dari tidurnya yang nyenyak.
Budaya masyarakat yang mendiami Pegunungan Kendeng Utara erat kaitannya dengan perspektif konstruksi sosial. Yang menempatkan Pegunungan Kendeng Utara sebagai kawasan unik yang merupakan ke satuan geografis. Yang membentang dari Kabupaten Pati di Provinsi Jawa Tengah sampai dengan Kabupaten Lamongan di Provinsi Jawa Timur.
Pemahaman baru tentang hubungan manusia dengan alam, merupakan refleksi dari kebuntuan yang dialami negara – negara barat yang selama ini mengagungkan akal (rasio) dan meninggalkan rasa (roso).
Industrialisasi yang terus dikejar terbukti semakin menjauhkan manusia dari alam, karena industrialisasi dan teknologi yang dibayangkan
akan membuat manusia semakin bahagia justru semakin menghancurkan alam dan membuat manusia terasing dengan lingkungannya.
Simak Tembang Pangkur yang cukup popular warga Pegunungan Kendeng, Khususnbya yang tinggal di seputar Sukolilo Pati
Angambali angilikna, Nggenya lali marang Ibu Pertiwi.Drajat pangkat yekti milut. Temah lali janjinya. Angayomi pra tani lan labetipun Ingkang atur cekap bogaKakhanti tulusing ati. Atau Kembali mengingatkan, kepadamu yang telah melupakan Ibu Pertiwi. Derajat dan pangkat nyata telah bisa membuatmu lupa akan janji untuk melindungi petani yang selama ini mencukupi kebutuhan pangan dengan hati yang tulus. (Disarikan dari Buku KLHS/ JM PPK/ Sup)