Tanaman Akar Wangi Pencegah Longsor di Waduk Logung Kekuatan akarnya 1/6 kawat baja
Kudus, Dupanews.id – Tak terduga ketika tujuan utama ke Waduk Logung untuk membuktikan banyaknya kera yang bermunculan di lokasi ini. Tidak/ belum menemukan, karena tiga perahu yang parkir tidak ada jurumudinya. Dengan berperahu konon bisa mendekati titik titik keberadaan sang kera.
Namun tidak membuat kecewa, karena di seputar lokasi pengoperasian perahu wisata ini, Dupanews menemukan tanaman akar wangi. Tanaman ini ditanam dekat gardu pandang. Di tepi jalan kecil berbatu yang bekelak kelok hingga menjelang “bibir” waduk yang airnya nampak tenang- tanpa ombak. Ada seorang pemancing nongkrong di atas perahu yang tengah diparkir. Waduk Logung terletak di perbatasan Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo dengan Desa Kandangmas Kecamatan Dawe
Baca Juga : Terkenal Dengan Kaliyitno, Nama Aslinya Lokasari Pamer Kekuatan Dihadapan Sunan Muria
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) beserta sejumlah pemerintah daerah untuk segera mereboisasi perbukitan di kawasan hulu sungai.dengan tanaman Vetiver atau akar wangi Sebab tanaman ini mampu untuk menutup lahan perbukitan di kawasan hulu sungai, sekaligus mencegah banjir dan tanah longsor. “Tidak hanya pohon-pohon keras, tapi kami lihat pentingnya tanaman pencegah longsor dan bisa menghambat banjir bandang. Saya kira tanaman vetiver, akar wangi, nanti akan saya cari sebanyak-banyaknya bibit dan benih. ” Kata Jokowi dalam sambutannya saat menerima sejumlah kepala daerah terdampak banjir di Istana Merdeka, Jakarta pada 8 Januari 2020 lalu.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono juga telah menginstruksikan pemanfaatan tanaman vetiver untuk mencegah longsor, termasuk proyek infrastruktur. Tanaman ini bisa ditanam di tanggul-tanggul sungai dan di lereng/tebing jalan nasional dan jalan tol, ujarnya dalam keterangan tertulis. Senin, 16 Maret 2020.
Basuki menambahkan, akar wangi diyakini bermanfaat untuk perbaikan lingkungan termasuk solusi masalah sedimentasi waduk dan sungai. Dalam kurun waktu setahun, akar tanaman ini bisa tumbuh 50 cm hingga satu meter.
Akar tanaman yang berasal dari India itu sangat kuat dan memiliki kemampuan menahan lumpur enam hingga 35 kali lebih kuat dibandingkan jenis rumput lainnya. “Akar wangi efektif mencegah tanah agar tidak longsor atau terkena erosi, banjir, hingga menahan sedimentasi ke waduk dan sungai,” jelasnya.
Penanganan sungai di bagian hulu selain dilakukan dengan pendekatan vegetatif melalui reboisasi, juga dilakukan dengan normalisasi seperti pelebaran. Pengerukan sedimentasi dan perkuatan tebing, sehingga menambah kapasitas sungai dan mengurangi risiko banjir.
Sedang menurut peneliti tumbuhan Southeast Asian Region Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop), Supriyanto, akar vetiver bisa mencapai kedalaman 6 meter di media tanam bebas hambatan, seperti sungai atau kolam. Sedangkan di tanah, akar vetiver dapat mencapai kedalaman satu sampai 1,5 meter.
Baca Juga : Apel Pagi Pasca Dilantik Jadi Bupati Kudus, HM Hartopo Ajak ASN Jangan Berdiam Diri di Tengah Pandemi
Akar wangi berakar serabut yang bisa menahan erosi pada tanah sekuat seperenam kawat baja. Sayangnya, tanaman itu hanya hidup selama sekitar sembilan bulan.
Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah menanam jenis pepohonan yang memiliki akar lebih kuat dan lebih dalam guna mencegah longsor. Supriyanto mencatat tanaman petai selong atau petai cina (Leucaena leucocephala), pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) dan jengkol (Archidendron pauciflorum) punya kekuatan akar yang lebih besar untuk menahan longsor karena bisa menembus kedalaman tanah dan bebatuan. Di sisi lain, tanaman vetiver memiliki kegunaan lainnya, yakni mereduksi pencemaran limbah kimia, mercuri dan limbah medis.
Sedang menurut Dr Jossep Frederick William dari Medicuss Group Bandung menjelaskan akar vetiver bisa mengikat racun yang ada di lingkungan pertanian dan DAS atau pertambangan emas rakyat, yang tercemar limbah. “Jika ditanam di kawasan yang mengandung limbah, setelah 3-6 bulan, vetiver berubah jadi golongan B3. Oleh karenanya jangan diambil serta dimanfaatkan buat diambil extract-nya oleh masyarakat, juga jangan dibakar,” ujar Jossep, sebagaimana dilansir laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sementara pegiat komunitas vetiver, Irma Hutabarat menjelaskan, untuk pencegahan longsor, penanaman vetiver system yang dibutuhkan. “Di Garut dan beberapa tempat, yang ditanam adalah akar wangi, yang diambil akarnya untuk bahan baku perfume Vetiveria Zizaionides. Yang kami tanam adalah bibit yang berbeda, pencegah longsor, Chrysophogon Zizaionides, dengan daun yang keras dan tegak lurus,” kata Irma.
Baca Juga : Mitos Parijotho dan Sains
Menurut dia, Chrysophogon Zizaionides memiliki fungsi pencegah longsor atau banjir dan menjernihkan air. “Satu-satunya tanaman yang akarnya serabut, namun berkekuatan 1/6 kawat baja adalah vetiver System,” ujarnya.
Sementara itu, sesuai dengan keterangan BNPB, terdapat tiga kelompok jenis tanaman yang akan ditanam untuk memulihkan ekosistem kawasan hulu sungai.
Berupa pepohonan jenis tanaman keras yang punya nilai ekonomis dan ekologis. Seperti Alpukat, Nangka, Cempedak, Matoa, Sukun, Aren, Rasamala, Puspa, cempaka, Mindi, Ketapang, Jabon Putih, Beringin, Sempur, Mahoni, Gandaria dan Kayu Putih. Selain itu, Kenanga, Sagu, Sereh Wangi, Kopi, Bambu, Kenari, Kemiri, Pala, Manggis dan sejumlah tanaman endemik lainnya(Sup)