Kudus, Dupanews
Salah satu dari sekian banyak jenis dan ragam topi adalah topi laken. Topi tersebut umumnya dikenakan kalangan peternak hingga para juragan. Khususnya peternak, blantik ( baku) dan juragan ternak sapi dan kerbau. Umumnya dipakai saat berada di pasar hewan.
Menurut Hidayat, salah satu diantara dua penjual topi laken yang mangkal di pasar hewan, harga sebuah topi laken yang dijual berkisar antara Rp 35.000 hingga di atas Rp 100.000. Tergantung bahan bakunya. “Jika bahan bakunya kulit pasti lebih mahal. Saya bisa menjual 3- 10 topi/ pasaran ( seminggu sekali) dan lengganan saya memang kalangan peternak, blantik dan juragan. Sebab dagangannya saya jual hanya di pasar-pasar hewan di Kudus dan sekitarnya,” ujarnya.
Sedang dagangannya itu sebagian adalah produksi lokal kudus dan sebagian lagi didatangkan dari daerah lain. Adapun bentuk dan warnanya nyaris tidak ada perubahan dari tahun ke tahun. Hanya saja ditambah dengan pernak-pernik sehingga lebih menarik. “ Seperti tambahan berupa pita dan semacam lencana. Biasanya para juragan memilih harga yang lebih mahal dan membeli paling sedikit dua buah. Sering gonta-ganti warna. Topi laken bisa dijadikan simbol kekayaan pemakainya dan sebagai ciri khas bagi peternak, blantik maupun juragan.” tuturnya.
Suwarno, juragan sapi dari Desa Bacin Kecamatan Bae (Kudus) mengaku memiliki puluhan topi laken yang dibeli dari berbagai pasar hewan di Kudus maupun daerah lain. “Saya hanya ikut-ikutan saja dan topi laken ini memang enak dipakai. Tidak sumpek. Saya malah sering memakai terus ketika berada di dalam mobil,” ujarnya sembari tertawa.(sup