Isteri Bupati Kudus Menangis Melihat Fosil Berserakan Tidak Karuan
Kudus, Dupanews.id – Mawar Anggraeni – isteri Bupati Kudus Hartopo sempat menangis ketika melihat keberadaan fosil yang berserakan tidak karuan di Museum Situs Patiayam Desa Terban Kecamatan Jekulo. Akibat keterbatasan ruangan maupun minimnya vitrin. Atau tempat penyimpanan fosil- benda cagar budaya.” Itu terjadi beberapa waktu lalu ketika beliau berkunjung ke Museum Situs Patiayam.” ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah- atau biasa dipanggil Tika, Jumat ( 14/1/2022).
Fosil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sisa tulang belulang binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah membatu. Atau Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti “menggali keluar dari dalam tanah”) adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
Sebelumnya Mawar Anggraeni- yang lebih dikenal dengan Mawar Hartopo, saat diwawancarai Dupanews, sempat menegaskan dirinya cukup paham tentang cagar budaya. Namun karena terbatasnya waktu, Mawar Hartopo belum sempat berbicara panjang sejauh mana kepahamannya terhadap cagar budaya.
Tetapi dengan kesaksian Tika tersebut membuktikan, isteri “orang pertama” di Kota Kretek ini nampaknya memang paham tentang cagar budaya. Namun belum lengkap kiranya mengetahui secara lengkap-menyeluruh dan rinci tentang kondisi riil cagar budaya di Kabupaten Kudus.
Antara lain tentang Museum Situs Patiayam itu sendiri. Salah satu diantaranya ketika pemerintah pusat – dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman dipegang Dr Harry Widianto ( 2013- 2018) menganggarkan sekitar Rp 27 miliar untuk pembangunan museum ini.
Namun tragis- dana dari APBN tersebut dialihkan untuk pembangunan museum Semedo di Kabupaten Tegal-gegara Pemkab Kudus ( saat itu Bupati Kudus Musthofa) tidak mampu menyediakan tanah. Harry Widianto, arkeolog senior, professor riset untuk bidang arkeologi prasejarah ini, sebelum diangkat jadi Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, pernah malang melintang- meneliti Situs Patiayam. Peluang emas yang disodorkan Harry Widianto akan sulit terulang karena Situs Patiayam dari berbagai penelitian dan kajian- tidak lagi hal hal baru. Kini lebih focus pada Situs Semedo
Tapi menurut Tika, pada tahun anggaran 2022, pihaknya memproleh dana sekitar Rp 2 miliar untuk perluasan Museum Situs Patiayam dari Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kudus. “Kami mengharapkan kondisi museum Patiayam akan lebih representatif. Ada nilai edukasi dan wisatanya,”tuturnya.
Dan jika itu terwujud sedikit banyak akan “mengobati” tangis Mawar Hartopo. Meski sebenarnya cagar budaya di Kabupaten Kudus menyisakan pekerjaan rumah yang semakin sulit untuk dikerjakan ketika cagar budaya itu harus dikaji ulang. Selain jumlahnya cukup banyak , keterbatasan anggaran hingga minimnya jam terbang tim ahli cagar budaya(Sup)