Loji Gandrung Solo
Solo,Dupanews – Loji Gandrung Solo dijadikan sebagai lokasi kirab pernikahan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) kni Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono Minggu, 11 Desember 2022 . Dan Loji Gandrung merupakan rumah dinas Wali Kota Solo yang sejarahnya dibangun sejak tahun 1830. Juga kerap dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya berbagai macam kegiatan atau acara lainnya.
Loji Gandrung merupakan bangunan seluas 3.500 meter persegi dan menjadi bagian dari kompleks rumah dinas seluas 6.295 meter persegi Beradadi Jalan Brigjen Slamet Riyadi Nomor 261, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah (Jateng).
Sejarah Loji Gandrung dari masa ke masa yang dilansir dari situs resmi Pemerintah Kota Surakarta dan Indonesia.go.id: mulai dibangun sejak tahun 1830. Didesain C.P. Wolff Schoemaker, arsitek asal Belanda dan sosok guru besar arsitektur di Technische Hoogeschool te Bandoeng yang kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB).
Awalnya Loji Gandrung digunakan sebagai tempat kediaman saudagar perkebunan gula dan tuan tanah di Boyolali bernama Johannes Augustinus Dezentje (1797-1839), atau yang akrab dipanggil Tinus. Ia merupakan anak dari August Jan Caspar, seorang pejabat militer Kolonial Belanda terkenal saat itu dan punya hubungan baik dengan Keraton Kasunanan Surakarta.
Sedang pembangunan Loji Gandrung dilakukan Tinus setelah ia menikah pada 1819 dengan salah satu anggota keluarga Keraton Kasunanan Surakarta bernama Raden Ayu Cokrokusumo, saudara perempuan Sunan Paku Buwono IV.’
Itu merupakan pernikahan kedua Tinus, pasca kematian istri pertamanya, Johanna Dorothea Boode, pada 1816 sesaat setelah melahirkan anak pertama mereka.
Saat menempati rumahnya tersebut, Tinus menempatkan seperangkat gamelan di teras rumah dan memperbanyak pekarangan serta taman. Saat itu, lebih mirip sebagai benteng dibandingkan sebuah rumah lantaran dikelilingi tembok tinggi dan pos penjagaan.
Usai dibangun dan ditempati dua tahun kemudian, Tinus kerap mengundang relasinya mengadakan acara di rumah tersebut. Seringnya acara digelar Tinus di rumah itu membuat masyarakat sekitar menyebutnya sebagai gandrungan.
Seiring berjalannya waktu, rumah ini dikenal sebagai Loji Gandrung. Dalam Bahasa Jawa kata gandrung artinya tergila-gila atau menyukai. Sementara kata loji artinya rumah besar, bagus, dan berdinding tembok, yang kata aslinya berasal dari Bahasa Belanda, loge.
Saat masa kemerdekaan Republik Indonesia, terdapat perubahan fungsi dari Loji Gandrung yang awalnya digunakan sebagai tempat tinggal seorang saudagar perkebunan gula dan tuan tanah menjadi markas pusat pasukan pimpinan Jendral Gatot Subroto.- saat itu sebagai gubernur militer wilayah daerah istim3wa Surakarta dan sekitarnya.
Loji Gandrung dimanfaatkan sebagai markas pusat pasukan itu terjadi pada masa kedudukan Belanda yang terjadi saat Agresi Militer II (1948-1949). Juga pernah digunakan Komandan Brigade V Letkol Slamet Riyadi sebagai tempat menyusun strategi perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan pada Serangan Umum tahun 1949.
Sejak Loji Gandrung ditetapkan sebagai cagar budaya pada 3 Mei 2013, Pemerintah Kota Surakarta kemudian menyiapkan bangunan wisma dua lantai di belakang Loji Gandrung sebagai rumah dinas baru untuk wali kota dan baru ai ditempati pada Agustus 2020. Dan sebelumnya pada 2 Juni 2017, Loji Gandrung sempat direvitalisasi dan rampung akhir 2018. Kemudian pada Februari 2022, Wali Kota Gibran Rakabuming Raka mengumumkan Loji Gandrung terbuka untuk dikunjungi masyarakat. Fasilitas aulanya dapat dipakai sebagai tempat pertemuan masyarakat dan tidak dikenai biaya.(Sup)