Terkenal Dengan Kaliyitno, Nama Aslinya Lokasari Pamer Kekuatan Dihadapan Sunan Muria
Kudus, Dupanews – Sampai saat ini lebih dikenal dengan Mbah Kaliyitno. Tetapi sebenarnya bernama Lokasari- salah satu murid Sunan Ngerang dari Pati.Makamnya berada di Desa Ternadi Kecamatan Dawe Kudus.
Beberapa tahun lalu untuk mencapai makamnya hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau sepeda motor. Tetapi sekarang mobil pun bisa sampai pintu gerbang makam. Meski belum ada tempat parkirnya.
Baca Juga : Berjubel Peziarah Sunan Kudus
Akhir pekan lalu, Dupanews mengunjungi makam tersebut. Beberapa puluh meter dari Kantor-Balai Desa Ternadi terdapat pertigaan. Lalu berbelok ke kanan lurus. Melalui perumahan warga dan lahan kosong sejauh sekitar 1.500 meter. Dengan jalan beton yang cukup nyaman dilalui dengan mobil maupun motor.
Beberapa meter dari pintu masuk terlihat papan nama larangan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus . Mengutip salah satu pasal dalam undang undang nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya . “ Dilarang merusak, mengambil , memindahkan, mengubah bentuk, memisahkan bagian, kelompok dan kesatuan bangunan cagar budaya yang berada di situs serta lingkungannya. Barang siapa melanggar bisa dikenakan sanksi pidana. Dihukum penjara paling lama 10 tahun dan denda setingg tinggiinya Rp 100 juta.
Begitu memasuki areal makam. Terlihat sebatang pohon beringin ukuran besar berdaun lebat. Dikelilingi “tembok” berbentuk bulat setinggi sekitar setengah meter.
Ada sejumlah warung makan, kamar mandi-WC, parkir khusus motor. Lalu ada sebuah mushola. Disampingnya nampak sebuah bangunan yang menyatu dengan ruang makam yang kebetulan terkunci, saat Dupanews ke lokasi akhir pekan lalu, Saat menginjakkan kaki ke ruangan tersebut, lantai keramik berwarna putih ini bagai menginjak es. Sangat dingin.
Sedang di pojok belakang sebelah kanan nampak serumpun bambu. Konon rumpun bambu ini terkait erat dengan tongkat bambu yang ditancapkan Sunan Muria.
Baca Juga : Resmi Dilantik, Bupati Kudus Hartopo Siap Laksanakan Reformasi Birokrasi
Dalam buku berjudul : inventarisasi benda cagar budaya Dinas Par-wisata Kebudayaan Kudus 2007, dikisahkan secara singkat tentang perseteruan antara Mbah Kaliyitno dengan Sunan Muria.
Diawali dengan kejadian ketika Sunan Muria meminta kepada sejumlah muridnya untuk mencari dan menangkap seekor kijang. Atas permintaan isteri Sunan Muria yang tengah nyidam/hamil muda daging kijang.
Meski telah mengacak acak hutan di seputar padepokan, tidak ada seekorpun kijang yang berhasil ditangkap. Sejumlah murid itu bertemu dengan Lokasari .” Nangkap kijang saja kok tidak becus. Pulang saja dan bilang saja pada Sunan Muria nanti kijangnya dalam waktu singkat sudah sudah di rumah.” Ujar Lokasari.
Baca Juga : 18 Harga Bahan Pokok di Kudus Stabil
Benar saja begitu tiba di rumah Sunan Muria, sudah nampak seekor kijang dalam kondisi terikat. Namun setelah disembelih, dikuliti dan hendak dimasak kesulitan mencari api.
Sempat menyalakan alang alang, tapi memdadak mati. Muncul lagi Lokasari yang menyalakan api dari pohon pisang. Hal ini aneh dan secara nalar tidak mungkin. Keanehan ini disampaikan juga kepada Sunan Muria.
Konon Sunan Muria merasa tersinggung dipameri ilmu Lokasari dan secepatnya menemui Lokosari – muncullah pertengkaran. Akhirnya Sunan Muria menancapkan tongkatnya di tengah sungai terdekat.
Dan meminta agar Lokosari menunggui tongkat itu dengan kungkum (berendam). : Jika memang dirimu sakti tunggu aku sampai kembali,kata Sunan Muria. Ternyata ketika Sunan Muria kembali ke lokasi, Lokasari sudah dalam kondisi tewas.
Baca Juga : Berdayakan Industri Rokok, KIHT Kudus Serap Tenaga Kerja Kurangi Pengangguran
Jadi Kaliyitno itu bila diurai menjadi kali – artinya sungai. Yit- mayit/mayat, no – ana (ada) ada mayat di sungai.
Setelah Sunan Muria kembali ke daerah itu sudah ada sebuah makam yang ada di dekatnya makam tersebut tumbuh pohon bamboo yang dipercaya itu tongkat yang ditancapkan Sunan Muria, sedangkan Kaliyitno dari kata di kali Lokasari ono,anane malah mayit, di sungai ada mayit / jenazah.
Cerita rakyat yang dikutip tim penyusun buka Inventarisasi Benda Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus benar/perfcaya atau tidak. Monggo terserah. Namun yang pasti setiap hari ada saja warga dari Kudus dan daerah datang untuk berziarah. Atau dijadikan tempat untuk “nyantai” sesaat dalam kondisi alam yang “ijo royo royo”. Air pegunungan yang begitu jernih, diselingi dengan suara burung, sejenis tonggeret/garengpung yang nyaris berbunyi secara terus menerus. Serumpun bambu yang tidak diketahui jenisnya. (Sup)