
Kudus, Dipanews –Di seputar terminal wisata Desa Colo, depan gapura makam masjid Sunan Muria, depan taman “pesanggrahan”, setiap hari nyaris tersaji puluhan tandan pisang byar, Dan belum lengkap kiranya jika warga, wisatawan serta peziarah yang berkunjung ke lokasi ini tidak membeli- membawa oleh oleh buah khas tersebut
Berdasarkan hasil penelitian para mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang (Jawa Tengah) peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) populasi pisang byar atau pisang tanduk terbesar di wilayah Gunung Muria, berada di Desa Kajar Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Setiap panen pada lahan seluas 1.000 meter persegi (sepersepuluh hektar) menghasilkan 8.800 buah pisang atau sekitar 26,4 ton. Dengan harga jual di tingkat petani Rp 80.000 – Rp 100.000/tandan.

Hal itu mengemuka dalam forum diskusi-tatap muka yang dihadiri antara lain Kepala Dinas Dinas Pertanian dan Pangan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga, Bapelitbang, dosen pembimbing KKN Undip 2018 di ruang pertemuan Kantor Kecamatan Dawe (Kudus).
Para mahasiswa peserta KKN juga mendata perkebunan pisang byar yang ditangani kelompok tani desa setempat mampu panen 36 kali dalam setahun. Dengan tingkat kegagalan panen/produksi 10 persen atau setara dengan 20 pohon. Melimpahnya tanaman pisang byar, menjadikan pihak pengelola pariwisata Taman Sardi yang berada di Desa Kajar ini membangun sebuah monument pisang byar dengan ketinggian puluhan meter dan cukup mnarik bagi pengunjung.
Sedang menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, Catur Sulistiyanto, pisang byar tercatat sebagai salah satu produksi pertanian khas wilayah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Hingga sekarang masih terkendala dalam upaya perbanyakan bibit dengan cepat karena masih menggunakan metode tradisional yaitu tunas (menunggu tunas baru).”Saya berharap dengan sangat pihak Universitas Diponegoro bisa membantu perbanyakan bibit pisang byar secara teknologi,”.
Ia menambahkan, pisang byar ini juga memiliki kekhasan . Bila ditanam ditempat lain rasa dan kualitas buahnya berbeda. Oleh karena itu pihaknya akan membawa beberapa tandan pisang byar segar maupun hasil olahannya pada ajang pameran produk pertanian tahunan di Soropadan Temanggung
Menurut pakar pertanian Universitas Muria Kudus (UMK) Supari, pisang byar tergolong salah satu kekayaan bumi Gunung Muria di wilayah Kabupaten Kudus (Jawa Tengah) yang langka, unik dan menarik. Tanaman ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar Musaceae.

Baca juga : Gedung Cagar Budaya Pati di fungsikan sebagai Kantor Dinas
Sampai saat ini tanaman pisang byar tersebut belum bisa dibudidayakan dengan baik di daerah lain., sehingga hanya di kawasan Muria saja. Tepatnya di Desa Colo, Japan, Kajar Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, tanaman pisang byar tumbuh dan berkembang. Umumnya dalam membudidayakan masyarakat menganut kultur teknis berdasarkan pada pola tanam secara turun temurun. Nilai ekonominya cukup tinggi, karena per buahnya bisa laku minimal Rp 2.000.
Selain itu ,ukuran panjang buah juga jauh lebih panjang dibanding buah pisang jenis lainnya, yaitu mencapai 25 – 30 centimeter. Perbedaan lainnya, ketika buah pisang ini digodhog (dimasak) berubah menjadi kenyal, mengeluarkan semacam minyak dan rasanya manis sekali saat disantap.
Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa buah pisang mengandung gizi yang sangat baik. Di dalam buahnya terdapat energi cukup tinggi dibandingkan buah-buahan lain. Kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang khususnya besi hampir seluruhnya (100%) dapat diserap tubuh.(sup)