Kudus

Menggusur Pengojek-PKL Rp 680 Juta, Median Jalan Rp 2,6 Miliar

Share

Kudus, Dupanews.id– Saat ini di Kudus baru “heboh” dengan proyek penataan Taman Menara dan  pembongkaran median jalan Loekmono Hadi. Taman Menara dibangun pada September 2016 dengan biaya sekitar Rp 3 miliar dari APBD Kudus. Semasa jabatan bupati Kudus, dipegang Musthofa. Lalu untuk biaya penataan sekitar Rp 680 juta.  Sedang pembongkaran median jalan Loekmono Hadi sepanjang 1.000 meter dibiayai juga dari APBD Kudus Perubahan  2022 sebesar Rp 2,4 miliar

                Lalu penataaan Taman Menara akan menggusur ratusan pengojek- terutama yang mangkal di Taman Menara – dengan sebutan Ojek Menara. Sedang Ojek Bakalan Krapyak bermarkas di terminal wisata Bakalan Krapyak.

                Ojek Menara hanya khusus melayani peziarah/wisatawan yang pulang dari komplek Masjid Menara Makam Sunan Kudus (M3SK) kembali ke terminal Bakalan Krapyak. Tidak boleh/dilarang membawa/mengangkut peziarah/wisatawan dari Bakalan Krapyak ke  komplek M3SK. Pengojek Menara dengan identitas rompi berwarna oranye , kemerahan dan coklat. Masing masing rompi juga sebagai penanda waktu kerja mereka, yaitu pagi, siang dan malam.

                Begitu pula sebaliknya. Pengojek Bakalan Krapyak hanya diperkenankan untuk mengantarkan peziarah/wisatawan menuju komplek M3SK. Dilarang mengangkut penumpang dari komplek M3SK ke Bakalan Krapyak. Sedang rompinya berwarna hijau yang beroperasi sepanjang hari.  “Itu kesepakatan bersama antar kami sesama pengojek.Dengan tujuan antara lain  agar tidak rebutan penumpang. Dan itu sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.”

                Seiring dengan proyek/program penataan Taman Menara, pengojek Menara diharuskan mangkal di komplek terminal Bakalan Krapyak- menyatu dengan rekannya pengojek Bakalan Krapyak, Pihak pemerintah kabupaten, dalam hal ini Dinas Perhubungan tidak/belum menyediakan tempat parkir baru.

                Sedang tempat parkir lama hanya mampu menampung sekitar 200 pengojek/motor.   Padahal pengojek pindahahan dari Ojek Menara jumlahnya malah lebih dari 200 orang. Saat ini Ojek Menara protes dan menolak untuk “disatukan” di terminal Bakalan Krapyak. Mereka tetap menginginkan mangkal di seputar M3SK.

Padagang kaki lima

                Selain pengojek Menara, sebanyak 44 pedagang kaki lima (PKL) yang saat ini  berada di kawasan Taman Menara dan akan digusur juga menolak untuk dipindahkan ke komplek terminal Bakalan Krapyak. Di tempat baru ini tidak/belum ada samasekali bangunannya.

                Pemda Kudus dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) akan menempatkan para PKL tersebut ke seputar kelenteng dan trotoar Jalan Sunan Kudus. Sebagai tempat darurat/sementara. “Jangka waktu penempatannya belum pasti. Sebulan, setahun atau lebih? Lalu keamanan lapak dan dagangannya siapa yang menjamin.”  teriak para PKL.

Median jalan.

                Sementara pada saat-bulan yang sama pemerintah kabupaten- dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) bakal menggusur median jalan Loekmono Hadi. Yang berupa puluhan pohon penghijauan, aneka macam bunga dan median jalan itu sendiri yang berupa pasangan bata merah, batu, pasir, semen. Dengan ketinggian kurang dari satu meter dengan panjang sekitar 750 meter. Panjang ini dihitung dari titik Jalan Loekmono Hadi di gang/jalan menuju Ploso Tambaklulang hingga menjelang Alun Alun Simpang Tujuh. Lalu dikurangi ruas jalan yang tidak ada median jalannya di sepanjang  komplek Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Loekmono Hadi, perempatan kecil utara SPBU, perempatan jalan Pasar Bitingan- perempatan jalan Pura Grup dan “ titik titik” menuju perusahaan rokok, apotek, toko roti dan sejumlah toko/rumah lainnya.

Seorang perempuan berkerudung naik sepeda di jalur lambat jalan Loekomono Hadi Kudus yang sesaat lagi bakal dilenyapkan Foto Sup
Seorang perempuan berkerudung naik sepeda di jalur lambat jalan Loekomono Hadi Kudus yang sesaat lagi bakal dilenyapkan Foto Sup

                Untuk menggusur median jalan/ jalur lambat ini telah disediakan dana Rp 2,4 miliar. Atau sekitar Rp 2,4 juta per meter. Dana tersebut sudah termasuk “mengaspal “ ulang bekas median jalan.                 Dari data tersebut dapat disimpulkan, penataan ulang Taman Menara lebih banyak menimbulkan “korban/penderitaan manusia”. Khususnya pengojek dan PKL. Tanpa rencana/konsep yang jelas- sepotong sepotong. Sedang penggusuran median jalan Loekmono Hadi “korbannya” hanya terbatas pada barang-benda (pohon dan batuan) juga bukan termasuk program penting/vital dan mendesak. (Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button