Sejarah

150 Jenis Pangan di Relief Candi Borobudur

Share

Borobudur, Dupanews.id – Kemegahan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, tidak terbatas pada visual dan dimensinya. Namun candi yang dibangun pada sekitar tahun 800 Masehi ini, juga banyak menyimpan pengetahuan. Salah satu diantaranya yang dituliskan dalam relief adalah soal pangan.

Menurut Pendiri Javara dan Sekolah Seniman Pangan Indonesia,Heliyanti Hilman, ada sekitar 150 jenis tanaman pangan . Antara lain kluwih, kelapa dan sukun. Itu mencerminkan eko sistem ketahanan pangan abad ke 8 dan 9. “ Relief di Candi Borobudur amat realis. Guratan garis-garisnya jelas menggambarkan tanaman pangan sehingga pangan bisa diidentifikasi,” tututnya .

Selain itu , di salah satu relief, ada sekul paripurna serupa tumpeng di masa kini.Bahan makanan yang tersaji pada sekul paripurna diambil dari lingkungan sekitar. ”Pari-purna berarti kesempurnaan,representasi ragam vegetasi dalam satu sajian,” kata Heliyanti..

Keragaman pangan lokal itu diolah jadi makanan. Resep dan tradisi memasak diwaris-kan turun-temurun. Memasakpun jadi kegiatan sarat kearifan lokal. Tak banyak catatan resep tradisional karena budaya literasi di masa lalu minim.Hilangnya resep tradisional juga terkait urbanisasi dan globalisasi.

Dan menurut filolog Sugi Lanus,Candi Borobudur berlimpah data sumber pangan lokal. Ada banyak pahatan biji-bijian direlief candi. Itu menunjukkan kekayaan sumber pangan lokal, Sedangkan kini hanya beberapa pangan mendominasi.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, danTeknologi Hilmar Farid, menambahkan hilangnya resep tradisional dan budaya memasak pangan lokal memicu ketergantungan pangan bukan lokal. ”Tindakan menyelamatkan resep asli dan mencatat masakan nenek turut melestarikan budaya,” kataya

Candi Borobudur  yang didirikan semasa pemerintahan wangsa Syailendra, terdiri atas 1.460 relief yang bisa dibaca searah jarum jam.Jumlah relief sama dengan jumlah hari dalam setahun dikali empat.Artinya, seseorang butuh waktu empat tahun membaca semua relief di Candi Borobudur.

Relief-relief itu menggambarkan kehidupan abad ke-8 dan ke-9. Relief jadi inspirasi warga sekitar dalam keseharian. Seperti berpakaian, meracik dan menyajikan makanan.

Cerita ini dikemas dalam pertunjukan digital LingsirWengi (Borobudur) sebagai bagian acara Pekan KebudayaanNasional 2021. Lingsir Wengi(Borobudur) karya sutradaraHanung Bramantyo ini dapat ditonton secara daring melalui laman pkn.id dan Youtube sejak 23 November 2021.

Menurut filolog Sugi Lanus,Candi Borobudur berlimpah data sumber pangan lokal. Ada banyak pahatan biji-bijian direlief candi. Itu menunjukkan kekayaan sumber pangan lokal, Sedangkan kini hanya beberapa pangan mendominasi.(Sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button